Tetap Memperkatakan Aku Percaya Kepada Alllah Bapa Di Sorga

 Orang Kristen Punya Bapa di sorga yang senantiasa memperhatikan, menjaga dan memberkati semua orang yang percaya TUHAN.


Istilah atau ungkapan Bapa di sorga merupakan salah satu ungkapan yang paling intim atau paling dekat dalam iman Kristen. 



Ini merupakan suatu keistimewaan yang dimiliki orang Kristen memanggil TUHAN dengan kata Bapa atau Allah Bapa. 


Tentunya masih ada nama lain penyebutan kata yang setara dengan TUHAN.


Namun kata Bapa mengingatkan kita pada sosok bapak atau ayah tentunya bersama ibu atau mama yang menjadikan kita secara kedagingan sekaligus sosok orang yang membesarkan, merawat dan menyayangi kita. 


Namun fokus tema postingan Kristen Punya kali ini adalah Bapa, TUHAN yang menciptakan segala yang ada di bumi dan semua galaksi yang sangat luas di luar bumi.



Sebutan Bapa di surga tidak hanya menggambarkan hubungan Allah dengan manusia sebagai Pencipta dan makhluk ciptaan TUHAN.


Tetapi juga sebagai Bapa yang penuh kasih, peduli, dan berelasi secara pribadi dengan anak - anakNya. 


Dalam konteks teologi, konsep Bapa di sorga menyingkapkan suatu dimensi relasi atau hubungan Allah yang menjadi dasar bagi pemahaman tentang keselamatan, kasih, dan kehidupan rohani orang percaya.




KONSEP BAPA DI SORGA SECARA ALKITABIAH 



Pemahaman tentang Allah sebagai Bapa berakar kuat dalam Kitab Suci. Dalam Perjanjian Lama, Allah sering disebut sebagai Bapa bagi bangsa Israel ( Ulangan 32:6; Yesaya 63:16 ), menegaskan hubungan perjanjian dan pemeliharaan-Nya. 


Namun, konsep ini semakin diperdalam oleh Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru.


Dalam teologi Kristen panggilan atau penyebutan Bapa terutama mengacu pada oknum pertama dari Trinitas atau Tritunggal. 


Tetapi karena oknum pertama dianggap sebagai sumber dari Allah yang Ilahi, yaitu yang melambangkan martabat, kehormatan, dan kemuliaan Tritunggal, penyebutan Bapa dipakai menunjuk kepada Allah yang Maha Tinggi.



Dalam surat 1 Petrus 1:17 dikatakan : 


Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya.


Maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.



Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia. ( Yakobus 1:27 ).



Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang : Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. ( Yesaya 9:5 )



Masih banyak ayat - ayat Alkitab yang memakai kata Bapa, namun ketiga ayat di atas dapat mewakili ayat - ayat lainnya yang dapat dibaca di Alkitab mengenai artikel  Kristen punya Bapa ini.



Maleakhi mengajukan pertanyan, "Bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa, bukankah satu Allah menciptakan kita?' ( Maleakhi 2:10 ). Yesaya berseru, 'Sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkau-lah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tanganMu ( Yesaya 64:8 ). 



Pemahaman tentang Allah sebagai “Bapa di sorga” membawa implikasi penting bagi kehidupan rohani antara lain :



- Doa dan Penyembahan : Orang percaya berdoa dengan penuh keyakinan karena berbicara kepada Bapa yang mengenal kebutuhan anak-anak-Nya.



- Etika Kekristenan : Sebagai anak-anak Bapa di sorga, umat Kristen dipanggil untuk meniru kasih dan kekudusanNya ( Matius 5:48 ).



- Kebersamaan dalam Tubuh Kristus : Panggilan “Bapa kami” menekankan dimensi komunitas, bahwa semua orang percaya adalah saudara dalam keluarga Allah.



Dalam teologi Kristen, sebutan “Bapa di sorga” menyatakan perpaduan antara kasih dan kekuasaan Allah.


TUHAN adalah Bapa yang penuh kasih dan Raja yang berdaulat di bumi dan di surga. 


Pemahaman ini membentuk dasar spiritualitas Kristen yang hidup.


Suatu relasi pribadi dengan Allah yang kudus, kasih yang nyata dalam Kristus, dan pengharapan akan hidup kekal dalam hadirat-Nya.



Penyebutan orang Kristen kepada TUHAN dengan sebutan Bapa di sorga merupakan panggilan iman yang mengundang setiap orang percaya untuk hidup sebagai anak - anak terang di bawah kasih dan otoritas Bapa surgawi.




KONSEP BAPA DI SORGA BERDASARKAN KITAB PERJANJIAN LAMA 



Penyebutan Bapa yang di surga merupakan nama khas dalam kitab Perjanjian Baru. 


Dalam kitab Perjanjian Lama ada begitu banyak nama - nama penyebutan untuk TUHAN Allah. 


Misalnya saja, nama TUHAN Semesta Alam dan Allah Yang Maha Tinggi.


Namun dari sekian banyak nama - nama TUHAN Allah yang diketahui semua orang Kristen, tidak ada pernyataan tentang kedudukan TUHAN Allah sebagai Bapa di sorga.



Penyebutan - penyebutan nama Bapa dalam Perjanjian Lama bersifat simbolis.


Hanya sedikit petunjuk tentang kedudukan Allah sebagai Bapa disebutkan dalam Perjanjian Lama.


Petunjuk - petunjuk itu terutama bersifat simbolis dan digunakan sebagai ilustrasi, misalnya ayat “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” ( Mazmur 103:13 ). Dengan cara inilah Dia juga menyamakan diri-Nya sendiri dengan seorang ibu. “Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu” ( Yesaya 66:13 ). 


Memang secara sekilas kita melihat hubungan antara Allah dan umat tebusanNya itu seperti dalam nyanyian Musa di mana kita menemukan pertanyaan, “Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau?” ( Ulangan 32:6 ). 


Dia menyebut diriNya sendiri sebagai “Bapa Israel” dalam Yeremia ( Yeremia 31:9) dan menyebut Israel sebagai “anak sulung Nya” (Keluaran 4:22: Hosea 11:1). 



Yeremia 31:9


Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku. 



Keluaran 4:22-23


Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN : Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung."



Hosea 11:1


Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu. 



Namun para ahli berpendapat bahwa Allah berperan sebagai Bapa untuk menunjukkan keunikan hubungan TUHAN dengan umat pilihanNya yang dibangun berdasarkan penebusan yang telah diselesaikan oleh Mesias yang datang ke bumi. 


Yesus berkata, “Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” ( Yohanes 14:6)



Yohanes 14:6


Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.






ALLAH SEBAGAI BAPA DALAM AJARAN YESUS KRISTUS 




Yesus Kristus sering memanggil Allah sebagai “Bapa” (Abba), suatu sebutan yang penuh keintiman dan kasih ( Markus 14:36 ). 


Dalam Doa Bapa Kami ( Matius 6:9 ), Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk berdoa : 


Dalam doa Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu, Yesus Kristus memperkenalkan Allah bukan hanya sebagai penguasa sorga, tetapi sebagai pribadi yang dekat dan penuh kasih kepada umat-Nya.


Di antara semua nama Allah, tidak ada satupun yang memiliki lebih banyak penghiburan atau lebih menyentuh perasaan daripada nama Bapa di sorga. 


Dalam Kitab Injil saja, kita menemukan bahwa kitab Matius menyebut kata “Bapa” 44 kali, kitab Markus, 9 kali, kitab Lukas 36 kali dan kitab Yohanes 122 kali. 


Injil Yohanes secara khusus adalah Injil yang menunjukkan karakter Bapa dan aspek peran Bapa yang lebih terperinci yang disampaikan pada setiap pasal kitab Yohanes. 





KONSEP BAPA DI SORGA DALAM KITAB PERJANJIAN BARU 




Konsep “Bapa di sorga” mencapai puncaknya dalam karya Yesus Kristus. Yesus datang untuk menyatakan siapa Bapa di sorga itu kepada dunia ( Yohanes 14:9 ). Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, jalan menuju Bapa dibukakan ( Yohanes 14:6 ). 


Dengan demikian, setiap orang yang percaya dapat datang kepada Allah dengan keberanian dan kasih, bukan ketakutan.



Karya Roh Kudus kemudian meneguhkan hubungan ini, sebab Roh bersaksi bersama roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah ( Roma 8:16 ). Inilah inti dari teologi relasional Kristen, Allah yang transenden atau melebihi batas kemampuan manusia sekaligus imanen, berkuasa sekaligus penuh kasih.



Dalam Perjanjian Baru sebutan Bapa dipakai dalam pengertian khas dan sangat pribadi. Kristus memakainya terlebih dahulu, mengenai hubungan-Nya sendiri dengan Allah. Terdapat bukti mencolok bahwa hubungan ini adalah unik dan tidak dapat dibagikan dengan makhluk apapun juga. Allah adalah BapaNya melalui kelahiran yang kekal, istilah yang menggambarkan hubungan hakiki dan abadi. 


Adalah penuh arti betapa Yesus dalam ajaran-Nya kepada kedua belas murid-Nya tidak pernah memakai sebutan 'Bapa kita', mencakup baik diriNya dan murid - muridNya. Dalam amanatNya setelah kebangkitanNya, Ia menunjukkan dua hubungan yang berbeda yaitu 'BapaKu dan Bapa-mu( Yohanes 20:17 ) namun kedua hubungan tersebut terangkai sedemikian rupa, sehingga yang satu menjadi dasar bagi yang lain. 


Meskipun Yesus Kristus sebagai Anak, namun dalam tingkat yang sama sekali unik karena Bapa itu adalah Anak. 


Dalam hal inilah yang masih membuat banyak manusia bingung yang pada akhirnya tidak percaya bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN Allah. 



Dalam konteks penyelamatan, hal ini dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi kedudukan mereka di dalam Kristus dan dari sisi pekerjaan Roh Kudus yang memperbaharui di dalam mereka. 


Dari sisi pertama, mereka dalam persekutuan yang hidup dengan Kristus diterima masuk ke dalam keluarga Allah dan dengan demikian diberikan segala hak istimewa sebagai anak - anak Allah dan jika kita orang yang percaya  adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris( Roma 8:17 ). 


Dari sisi kedua, mereka dianggap sebagai dilahirkan ke dalam keluarga Allah melalui kelahiran kembali. 


Yang pertama adalah sisi obyektif, sedangkan yang kedua adalah aspek subyektif. Oleh kedudukan mereka yang baru ( pembenaran ) dan hubungan pengangkatan kepada Allah Bapa di dalam Kristus, mereka diikutsertakan dalam kodrat Ilahi ( 2 Petrus 1:4 ) dan dilahirkan ke dalam keluarga Allah. 



Jelaslah bahwa ajaran Yesus tentang keBapaan Allah, membatasi hubungan itu terhadap umatNya yang percaya.



Allah Bapa dan Roh Kudus bekerja dalam penjelmaan bersama dengan pribadi Yesus yang disebut dengan Anak Allah. 


Tiga oknum tapi satu ini biasa kita sebut dengan Tritunggal atau Trinitas sekalipun kata Tritunggal atau Trinitas ini tidak terdapat dalam Alkitab.



Doktrin mengenai Allah Tritunggal menjadi dasar pengajaran umat Kristen yang mencakup semua unsur utama kebenaran yang ada di dalam Alkitab.





BAPA DI SORGA DALAM RELEVANSI HIDUP SEHARI - HARI




HUBUNGAN BAPA DI SURGA SEBAGAI HUBUNGAN BAPAK DENGAN ANAK



Ungkapan “Bapa di sorga” tidak hanya menunjukkan kedudukan Allah sebagai Pencipta dan Penguasa alam semesta, tetapi juga menegaskan hubungan pribadi antara Allah dan umat-Nya. Dalam iman Kristen, menyebut Allah sebagai Bapa di sorga adalah pernyataan iman yang mendalam, suatu pengakuan bahwa Allah bukan sosok yang jauh, melainkan pribadi yang dekat, penuh kasih, dan layak dipercaya sepenuhnya.




BAPA DI SORGA SEBAGAI DASAR IMAN ORANG KRISTEN



Iman Kristen berpusat pada relasi dengan Allah sebagai Bapa, melalui Yesus Kristus. Yesus sendiri mengajarkan murid - muridNya untuk berdoa, “Bapa kami yang di sorga” ( Matius 6:9 ). Dengan demikian, percaya kepada Bapa di sorga berarti :



° Mengakui bahwa Allah adalah sumber kehidupan dan kasih (Yakobus 1:17).



° Menyadari bahwa iman bukan hanya kepercayaan abstrak, tetapi hubungan yang hidup antara anak dan Bapa.



° Menempatkan diri sebagai anak-anak Allah yang hidup dalam ketaatan dan kepercayaan penuh kepada-Nya ( Roma 8:15 ).




 Iman yang Memandang Allah Sebagai Bapa



Iman kepada Bapa di sorga melahirkan rasa aman dan pengharapan, sebab :



Allah Bapa memelihara umat-Nya ( Matius 6:26 ).



Allah Bapa menyediakan pengampunan melalui karya Yesus Kristus ( Lukas 15:11–32 ).



Allah Bapa menuntun dengan Roh Kudus agar umat hidup sesuai kehendak-Nya ( Yohanes 14:26 ).



Iman semacam ini bukan hanya percaya bahwa Allah ada, tetapi percaya kepada karakter Allah , kasih, keadilan, kesetiaan, dan kebenaran-Nya.



“Bapa di sorga sebagai iman” berarti percaya pada Allah yang hidup dan mengasihi, bukan sekadar pengakuan teologis, tetapi relasi yang membentuk seluruh hidup. Melalui iman ini, orang Kristen hidup dalam kepastian bahwa mereka adalah anak-anak Allah yang dikasihi, dipelihara, dan dipimpin menuju kehidupan kekal.




 Dasar Alkitab Sebagai Kasih Bapa Kepada Anak



Ungkapan “Seperti Bapa sayang anaknya” berakar dari Mazmur 103:13, yang berbunyi :


“Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.”


Ayat ini menggambarkan kasih Allah sebagai kasih seorang Bapa, yaitu kasih yang lembut, penuh pengertian, dan disertai tanggung jawab untuk membimbing anak-anak-Nya.




Kasih Bapa Sebagai Cerminan Kasih Allah



Dalam iman Kristen, kasih Bapa di sorga menjadi cermin kasih yang sempurna, berbeda dari kasih manusia yang terbatas.


Beberapa ciri kasih Bapa menurut Alkitab antara lain :



• Kasih yang tanpa syarat :


Allah mengasihi manusia bahkan ketika manusia masih hidup di dalam dosa ( Roma 5:8 ).


 • KasihNya tidak bergantung pada prestasi atau ketaatan manusia, tetapi pada sifatNya yang penuh kasih.



• Kasih yang mendidik :


Ibrani 12:6 berkata, “Karena TUHAN menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.”



• Seperti seorang ayah yang menegur anaknya demi kebaikan, demikian pula Allah membentuk iman umat-Nya melalui didikan dan ujian.



• Kasih yang memelihara dan melindungi :


Matius 6:26 menegaskan bahwa Allah memelihara burung-burung di udara, apalagi anak - anakNya.



Ini menumbuhkan rasa percaya bahwa hidup orang percaya berada dalam tangan kasih Bapa.



Yesus Kristus adalah penyataan kasih Bapa yang sempurna ( Yohanes 14:9 ).


Melalui perumpamaan seperti Anak yang Hilang ( Lukas 15:11–32 ), Yesus menunjukkan bahwa Bapa selalu:


Menunggu anak yang tersesat untuk kembali,



Menerima dengan penuh kasih,



Mengampuni tanpa syarat,



Merayakan pertobatan dengan sukacita.



Kasih Bapa bukan kasih yang menghukum, tetapi kasih yang menyelamatkan dan memulihkan.



Jika Allah mengasihi seperti Bapa mengasihi anaknya, maka orang percaya dipanggil untuk :



Hidup dalam keyakinan dan rasa aman sebagai anak-anak Allah ( Roma 8:15–16 ).



Meneladani kasih Bapa dengan mengasihi sesama tanpa pamrih.


Lukas 6:36


Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."



Membangun hubungan doa yang akrab, karena kita boleh datang kepada-Nya dengan sebutan “Abba, ya Bapa.”




Ungkapan “Seperti Bapa sayang anaknya” menggambarkan inti dari iman Kristen:


Allah bukan hanya TUHAN yang berkuasa, tetapi Bapa yang penuh kasih.


KasihNya mendidik, memelihara, dan menyelamatkan.


Melalui iman kepada Kristus, setiap orang percaya mengalami kasih Bapa yang sejati, kasih yang tidak pernah meninggalkan, meski manusia sering gagal.



Melalui karya Kristus, orang percaya diangkat menjadi anak - anak Allah ( Roma 8:15–17 ). 


Relasi ini bukan hasil usaha manusia, tetapi anugerah melalui iman. 


Sebagai anak-anak Allah, orang percaya dipanggil untuk hidup dalam ketaatan, kasih, dan keserupaan dengan Kristus.


Pertanyaannya, apakah kehendak Bapa di sorga sudah diterapkan di dalam hidup sehari - hari apa belum?



BAPA DI SORGA SEBAGAI BENTUK IMAN PERCAYA KEPAYA TUHAN



Ungkapan “Bapa di sorga” tidak hanya menunjukkan kedudukan Allah sebagai Pencipta dan Penguasa alam semesta, tetapi juga menegaskan hubungan pribadi antara Allah dan umat-Nya. 


Dalam iman Kristen, menyebut Allah sebagai Bapa di sorga adalah pernyataan iman yang mendalam, suatu pengakuan bahwa Allah bukan sosok yang jauh, melainkan pribadi yang dekat, penuh kasih, dan layak dipercaya sepenuhnya.




Bapa di Sorga Sebagai Dasar Iman Kristen



Iman Kristen berpusat pada relasi dengan Allah sebagai Bapa, melalui Yesus Kristus. 


Yesus sendiri mengajarkan murid-murid-Nya untuk berdoa, “Bapa kami yang di sorga” ( Matius 6:9 ). 


Dengan demikian, percaya kepada Bapa di sorga berarti :



 Mengakui bahwa Allah adalah sumber kehidupan dan kasih ( Yakobus 1:17 ).



 Menyadari bahwa iman bukan hanya kepercayaan abstrak, tetapi hubungan yang hidup antara anak dan Bapa.



Menempatkan diri sebagai anak-anak Allah yang hidup dalam ketaatan dan kepercayaan penuh kepadaNya ( Roma 8:15 ).




Iman yang Memandang Allah Sebagai Bapa



Iman kepada Bapa di sorga melahirkan rasa aman dan pengharapan, sebab :



 Allah Bapa memelihara umat-Nya ( Matius 6:26 ).



 Allah Bapa menyediakan pengampunan melalui karya Yesus Kristus ( Lukas 15:11–32 ).



 Allah Bapa menuntun dengan Roh Kudus agar umat hidup sesuai kehendak-Nya ( Yohanes 14:26 ).



Iman semacam ini bukan hanya percaya bahwa Allah ada, tetapi percaya kepada karakter Allah, kasih, keadilan, kesetiaan, dan kebenaranNya.



Dalam teologi, iman kepada Bapa di sorga memiliki beberapa dimensi penting:



 Kristologis : Allah dikenal sebagai Bapa melalui perantaraan Kristus ( Yohanes 14:6–7 ).



 Pneumatologis : Roh Kudus memampukan umat menyebut-Nya “Abba, ya Bapa” ( Roma 8:15 ).



 Ekklesiologis : Gereja hidup sebagai keluarga Allah, di mana semua orang percaya adalah anak-anak satu Bapa.




Beriman kepada Bapa di sorga menggerakkan umat untuk :



 - Hidup dalam ketaatan dan kebergantungan penuh pada-Nya.



 - Membangun doa yang intim seperti anak berbicara kepada ayahnya.



  - Meneladani kasih Bapa dalam relasi dengan sesama



TUHAN mau supaya setiap orang Kristen beriman dan percaya pada Allah yang hidup dan mengasihi, yang bukan sekadar pengakuan teologis semata.


Namun TUHAN juga mau lebih dari pada relasi atau hubungan yang baik. Melalui iman ini, orang Kristen hidup dalam kepastian bahwa mereka adalah anak - anak Allah yang dikasihi, dipelihara, dan dipimpin menuju kehidupan kekal.



Sebutan “Bapa di sorga” memiliki makna teologis yang kaya, mencakup beberapa dimensi penting, yaitu :



- Kekudusan dan Otoritas TUHAN dalam segala hal.


- Bapa Pasti Sayang Kepada Anak - AnakNya 


- Kasih dan Pemeliharaan Ilahi senantiasa hadir dalam kehidupan.



Sebagai Bapa, Allah memperlihatkan kasih yang tak terbatas kepada ciptaan-Nya. 


Ia bukan hanya menciptakan manusia, tetapi juga Allah Bapa yang menyediakan dan memelihara anak - anakNya dalam kasih yang kekal ( Matius 6:26 ). 



Konsep ini menegaskan bahwa kehidupan orang percaya bergantung pada penyertaan dan pemeliharaan Allah yang setia.



Ungkapan “di sorga” menegaskan keagungan dan otoritas Allah. Ia bukan Bapa dalam pengertian manusiawi yang terbatas, melainkan Bapa surgawi yang berdaulat atas seluruh ciptaan. 


Kekudusan-Nya menjadi dasar bagi segala hubungan manusia dengan Allah ( Yesaya 57:15 ).


Iklan Atas Artikel

Iklan Persegi

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel