Hubungan Allah Dengan Manusia
Thursday, November 02, 2023
Add Comment
HUBUNGAN ALLAH DENGAN MANUSIA MENURUT ALKITAB
Untuk mewujudkan suatu hubungan Allah dengan manusia maka manusia harus memberi dirinya untuk beribadah kepada Allah. Perwujudannya dapat dilakukan dengan beribadah menyembah dan memuji TUHAN Allah. Pelaksanaan atas semua perintah, ketetapan dan peraturan dari TUHAN Allah merupakan perwujudan dari ada atau tidaknya hubungan manusia dengan Allah seperti berdoa, beribadah, memberi sedekah dan berpuasa merupakan suatu contoh adanya hubungan manusia dengan Allah.
Di dalam kitab Kejadian tentang penciptaan memberikan kepada manusia tempat mulia dalam alam semesta. Penciptaan manusia tidak hanya merupakan penutup dari segenap karya ciptaan Allah, tapi dalam penciptaan manusia itu sendiri terkandung penggenapan dan makna dari seluruh pekerjaan Allah pada kelima hari lainnya. Manusia diperintahkan memenuhi bumi dan menaklukkannya, dan manusia berkuasa atas semua makhluk (Kejadian 1:26-31 dan Kejadian 2:3). Kesaksian yang sama tentang kekuasaan manusia dan tentang tempatnya yang sentral di alam ciptaan ini, diberikan lagi di tempat - tempat lain (Amos 4:13, Yesaya 42:5-6, Mazmur 8:5-9, Mazmur 104:14-15), dan secara mengagumkan diberikan dalam inkarnasi (baca juga Ibrani 2).
Dalam seluruh Alkitab ditekankan bahwa manusia adalah bagian dari dunia ini. Manusia ialah debu dan diciptakan dari debu tanah (Kejadian 2:7): secara biologis dan badani ia mempunyai banyak kesamaan dengan binatang. Semuanya itu nampak jelas dalam banyak segi hidup manusia (Kejadian 18:27, Ayub 10:8-9, Mazmur 103:14, Pengkotbah 3:19, 20, Pengkotbah 12:5-7). Manusia sebagai 'daging” adalah lemah dan bergantung pada belas kasihan Allah, seperti semua makhluk lainnya (Yesaya 2:22, Yesaya 40:6, Mazmur 103:15, Mazmur 104:27-30). Bahkan dalam memanfaatkan bumi untuk melayani kebutuhannya, manusia harus melayani bumi ini, harus menjaganya dan mengolahnya untuk mencapai tujuannya (Kejadian 2:15). Manusia tunduk kepada hukum - hukum yang sama, seperti kaidah alam, dan ia dapat terpesona di tengah - tengah keagungan dunia yang menjadi tempat hidupnya (Ayub 38-42).
Namun manusia tidak bisa mendapatkan arti yang sebenarnya dari kehidupan yang TUHAN berikan kepada dunia ini. Binatang - binatang tidak dapat menjadi penolong yang layak bagi manusia. Manusia mempunyai sejarah dan masa depan yang harus digenapi, unik di tengah - tengah makhluk dan ciptaan lainnya. Dia diciptakan menurut gambar Allah (Kejadian 1:27). Ada ahli yang menafsirkan bahwa gambar Allah ini terungkap dalam kekuasaan manusia atas dunia ini, atau dalam daya pikirnya, atau bahkan dalam sifat - sifat badaninya. Tapi lebih baik tidak mencari hal itu dalam hubungan manusia dengan dunia ini, ada lagi yang jauh lebih penting dari urusan alam, bumi atau dunia ini. Sesuatu yang lebih penting dari hubungan manusia dengan alam ini adalah hubungan Allah dengan manusia atau hubungan manusia dengan Allah.
Meskipun manusia telah jatuh ke dalam dosa, manusia menurut janji Kristus masih harus dipandang sebagai citra Allah (Kejadian 5:hidan ayat - ayat berikutnya, Kejadian 9:1 dan ayat berikutnya serta surat Mazmur 8:1-10, 1 Korintus 11:7, Yakobus 3:9), bukan semata - mata berdasarkan siapa Dia dalam diriNya sendiri, tapi berdasarkan apa makna Kristus bagi diriNya, dan berdasarkan apa makna Dia di dalam Kristus. Sekarang dalam Kristus-lah dilihat makna yang sebenarnya dari perjanjian yang hendak dibuat Allah dengan manusia dalam Firman, dan itulah tujuan sehingga manusia diciptakan oleh Allah untuk mencapai tujuan Allah( Kejadian 1:27-30, Kejadian 9:8-17, Mazmur 8, Efesus 1:22 dan surat Ibrani 2:6 ).
Sebab ketidaksetiaan manusia tidak dapat membatalkan kesetiaan Allah (Roma 3:3). Maka di hadapan Allah, manusia dari segi hidup perseorangan (Matius 18:12) maupun dari segi hidup bersama (Matius 9:36, Matius 23:37), dipandang adalah jauh lebih bernilai dari seluruh alam ( Matius 10:31, Matius:12:12, Markus 8:36 dan 37 ). Justru menemukan manusia yang hilang adalah menghapuskan segala penderitaan mencarinya, dan menggenapi tuntas pengorbanan Kristus (Lukas 15).
Yesus Kristus-lah yang benar - benar citra dari Allah (Kolose 1:15 dan 2 Korintus 4:4), justru Dia-lah manusia yang sebenarnya (Yohanes 19:5). Dia serentak adalah perseorangan yang unik dan mewakili segenap masyarakat manusia, dan karya penyelamatan-Nya beserta kemenangan-Nya memberikan kebebasan dan kehidupan bagi seluruh umat manusia (Roma 5:12-21). Kristus menggenapi perjanjian yang di dalamnya Allah memberikan kepada manusia tujuan hidupnya yang sesungguhnya. Di dalam Kristus, oleh iman, manusia mendapati dirinya sedang diubah menjadi serupa dan segambar dengan Allah (2 Korintus :3:18) dan boleh teguh mengharap akan penuh segambar dengan Dia (Roma 8:29) kelak pada waktu pernyataan terakhir kemuliaan-Nya (1 Yohanes 3:2). Sementara dalam iman mengenakan gambar Allah, maka manusia harus 'menanggalkan manusia lama' (Efesus 4:24, Kolose 3:10). Hal ini nampaknya mendorong kita untuk menjauhkan pemikiran yang mengatakan, bahwa gambar Allah harus ditafsirkan sebagai sudah melekat dan menyatu dalam diri manusia alami, walaupun memang manusia alami itu harus dipandang sebagai sudah diciptakan menurut gambar Allah ( 2 Korintus 5:16-17 ).
Namun berbicara soal hubungan manusia dengan Allah tentu tidak lepas dari soal hubungan manusia dengan manusia lainnya.
Karena simbol agama Kristen berupa salib bukan semata - mata hanya menggambarkan penyaliban Yesus Kristus di kayu salib, namun juga menggambarkan hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia lain yang termanifestasi di dalam kehidupan sehari - hari.
Hubungan manusia dengan Allah disebut dengan hubungan vertikal.. dan hubungan manusia dengan manusia lain disebut dengan hubungan horizontal.
Di dalam Kitab Kejadian tentang penciptaan mencatat bahwa waktu Allah menciptakan manusia, Ia mengambil sikap yang menunjukkan perhatian yang sangat pribadi dan mendalam terhadap manusia itu (Kejadian 1:26), bandingkan dengan Kejadian 1:3 dan 6. Dan cara pendekatanNya ialah melibatkan diriNya dalam hubungan yang lebih erat dengan manusia ciptaanNya itu ( Kejadian 2:7 ) dibandingkan dengan semua ciptaanNya yang lainnya. Allah mendekati manusia dan menyapanya dengan kata 'engkau' (Kejadian 3:9), dan manusia dimampukan menanggapi ucapan Allah yang penuh kasih itu dengan kasih Allah yang sangat luar biasa baik. Hanya dalam jawaban demikianlah manusia bisa menjadi 'apa sebenarnya dia”.
Firman Allah yang olehnya manusia hidup yang bukan hanya karena makanan atau minuman seperti yang TUHAN Yesus tekankan dalam surat Matius 4:4, menempatkan manusia dalam suatu hubungan Allah dengan manusia melebihi semua ciptaan lain di sekeliling manusia, dan mengaruniakan kepadanya martabat sebagai anak Allah, yang diciptakan menurut citra atau gambar Allah dan memancarkan kemuliaan Allah. Manusia yang memiliki martabat ini bukan sebagai perseorangan terisolir di hadapan Allah karena melakukan kesalahan besar dengan melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah yang dilarang untuk dimakan di taman Eden, tapi hanya jika ia berada dalam hubungan yang bertanggung jawab dan penuh kasih terhadap sesamanya manusia. Hanya bila ia berada di tengah - tengah lingkungan keluarganya dan dalam hubungan sosialnya, ia dapat betul - betul memantulkan citra Allah (Kejadian 1:27-28, Kejadian 2:18).
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN MANUSIA LAIN
Ayat Pembuka :
"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama - sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing - kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum, ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan, ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian, ketika Aku sakit, kamu melawat Aku, ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: TUHAN, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat - malaikatNya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan, ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum, ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan, ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian, ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: TUHAN, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."
Matius 25:31-46
Ayat Pendukung :
Kamu telah mendengar firman : Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah mesuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu : Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlahkamu menjadi anak - anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara - saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. ( Matius 5 : 43 - 48 )
Melepaskan pengampunan sama dengan melepaskan rantai yang terikat dalam tubuh kita yang membuat kita tidak dapat bergerak leluasa dan sulit maju melangkah. Ini artinya bila kita tidak mau melepaskan pengampunan, tidak mau memaafkan orang yang bersalah maka kita akan sulit melangkah maju dan bergerak bebas. Pencapaian sesuatu yang baik akan sulit diperoleh jika belenggu yang berat terikat dalam hidup kita belum dilepaskan atau diputuskan.
Mengapa kita begitu berat mengampuni sebuah dosa yang sesama kita perbuat? Selama ini kita hanya mengasihi orang yang mengasihi kita, namun kata TUHAN, apa bedanya kita dengan orang dunia yang tidak mengenal TUHAN! Kalau selama ini kita memberi sepiring makanan dan segelas air hanya untuk orang yang menguntungkan kita, apa bedanya kita dengan orang dunia? Mari kita belajar dari teladan Kristus bahwa kita harus bisa mengampuni seberat atau sesakit apa pun penderitaan yang orang lain timbulkan dalam hidup kita.
Kita semua tentu pernah mendengarkan dan melihat berita - berita kriminal di televisi. Dalam tindak kriminal sering dimuat berita pembunuhan di mana akhirnya si pelaku berhasil ditangkap lalu diadili. Saat diadili kita melihat keluarga korban kadang tidak terima terhadap si pelaku pembunuh atau penganiayaan. Mereka menuntut sang pembunuh atau si penganiaya dihukum seberat-beratnya, kalau perlu dihukum mati, namun yang dijatuhkan hakim kadang malah lebih ringan daripada yang dituntut jaksa sehingga korban merasa tidak menerima vonis hukuman yang sangat ringan dan bahkan mengamuk serta bersumpah akan membalas dendam kelak bila si pembunuh suatu saat dibebaskan. Kalau kita sendiri dihadapkan dalam situasi seperti di atas, tindakan apa yang akan kita ambil? Keluarga kita dianiaya dengan keji sedangkan sang pelaku tanpa rasa bersalah tetap bersikap santai tanpa merasa berdosa di persidangan. Tentu hati kita sangat panas dan ingin sekali membalas dendam. Secara daging tentu kita tidak bisa mengampuni orang yang menganiaya keluarga yang kita cintai. Saat kita kembali ke firman TUHAN yang di atas kita akan menemui TUHAN berkata lain tentang musuh kita. TUHAN dengan jelas berkata: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Memang sungguh sangat sulit, tidak gampang mengasihi orang yang telah melukai kita bahkan berdoa untuk mereka. Sepertinya sangat mustahil, tetapi TUHAN memberikan teladan melalui diri-Nya bahwa kita pasti bisa.
Tidak ada penderitaan yang bisa menyamai penderitaan Yesus saat di salib. Dia yang suci dan penuh kasih, harus menerima penghianatan dari murid-Nya sendiri, Dia dihakimi untuk kesalahan yang tidak pernah Dia perbuat. Dia dipukuli dan diludahi oleh orang-orang yang dulu diberkati-Nya. Dia disiksa sampai badan-Nya hancur agar kita manusia berdosa layak diampuni. Saat tergantung di kayu salib, Dia berhak mengutuk manusia untuk segala kejahatan yang mereka perbuat kepada-Nya. tetapi Dia tetap memberkati dan mengampuni ( Lukas 23 : 34 ). Seberapapun dalamnya sakit hati kita akibat penganiayaan yang dilakukan orang lain kepada kita, mari belajar mengampuni seperti Yesus, Dia yang suci dari dosa bisa mengampuni kita, mengapa kita yang berdosa tidak mau mengampuni sesama yang berbuat jahat kepada kita?
Mari kita mencoba meneladani karakter TUHAN Yesus, kembali kepada dasar pengajaran TUHAN Yesus bahwa kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita dan keluarga kita dengan tulus hati.
Memaafkan terkadang mudah diucapkan, tetapi sulit dilakukan, mudah diajarkan namun sulit dipraktekkan dan sangat sulit dituntaskan di hati kita. Kadang kita mau memaafkan orang lain karena terpaksa dan mendapat tekanan dari berbagai pihak seperti keluarga dekat misalnya, tetapi hati kita belum sepenuhnya mengampuni atau memaafkan. Biasanya hal ini terjadi saat kita menjadi pihak yang dirugikan.
Dalam hati berkata: enak aja minta maaf! emangnya kerugian bisa diganti dengan kata maaf? Atau bahkan mungkin itulah yang kita ucapkan kepada orang yang di sekitar kita saat orang lain meminta maaf karena satu kesalahan yang mungkin saja tidak sengaja ia perbuat. Postingan renungan Kristen Punya ini mengajak dan menantang kita agar bisa mengampuni orang lain tanpa syarat seperti juga Kristus sudah terlebih dahulu mengampuni kita. TUHAN tidak menuntut kita harus menyukakan hati-Nya terlebih dahulu baru mau mengampuni kita, tetapi Dia rela mati dan mengampuni kita saat kita tidak pantas untuk diampuni. TUHAN mau mengampuni kesalahan manusia yang begitu besar dan tidak bisa kita bayar tapi mengapa kita tidak mau mengampuni dosa atau kesalahan sesama kita yang mungkin bukan suatu kesalahan besar? TUHAN mengajarkan kita kita agar bisa saling mengampuni itu semua demi kebaikan kita, demi keselamatan kita. Memaafkan adalah sesuatu yang harus kita berikan dengan tulus, sesakit apapun hati kita karena ucapan atau perbuatan sesama kita, tapi kalau kita mau memaafkan atau mengampuni maka percayalah TUHAN juga akan mengampuni dosa dan kesalahan kita juga, Amin
TUHAN Yesus memberkati kita semua, Amin. ( Pdt. Poltak Hutabarat )
0 Response to "Hubungan Allah Dengan Manusia"
Post a Comment