Monday, March 24, 2025

Penulis Kitab Raja - Raja Bangsa Israel

Gambar Mahkota Raja

 

Siapa Penulis Kitab Raja - Raja?


Kitab Raja-Raja menceritakan riwayat pemerintahan tiap raja dengan berbagai riwayat tentang raja di kerajaan Selatan dan kerajaan Utara yang terjalin untuk membuat struktur kronologis. Tiap raja dilukiskan dan dinilai menurut suatu pola yang terlihat paling jelas dalam riwayat raja Yosafat (1 Raja-Raja 22:41-50) dan Amon (2 Raja-Raja 21:19-26). 

Tapi bahan lain dimasukkan ke dalam pelukisan dan penilaian pendek, sehingga kadang - kadang permulaan dan kesudahan pemerintahan seorang raja dipisahkan dengan beberapa pasal (misalnya mengenai riwayat Hizkia, 2 Raja-Raja 18-20). 

Dalam riwayat pemerintahan Salomo, Rehabeam, Ahab, Yoram, Yehu dan Yoas misalnya, dimasukkan banyak bahan mengenai hal kerajaan dan politik. 

Cerita lain menceritakan kehidupan nabi, khususnya Elia, Elisa dan Yesaya yang pernah terlibat dalam politik dan hal kerajaan (misalnya dalam 2 Raja-Raja 5-7 nama raja tidak disebut, ia tidak penting). 

Ada juga cerita tentang kehidupan dan pelayanan nabi (misalnya 2 Raja-Raja 4). 

Cara pandang dari seluruh karya terlihat sistematis dalam komentar teologis yang mengakhiri sejarah kerajaan Utara (2 Raja-Raja 17). 


Kitab Raja-Raja adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Lama yang mencatat sejarah bangsa Israel dari masa pemerintahan Raja Salomo hingga jatuhnya Kerajaan Yehuda ke tangan Babel atau yang lebih dikenal dengan masa pembuangan ke Babel. Kitab Raja-Raja dibagi menjadi dua bagian, yaitu 1 Raja-Raja dan 2 Raja-Raja, berisi narasi yang kaya tentang pergantian kekuasaan, kejayaan dan kemerosotan, serta hubungan bangsa Israel dengan Allah.


Kitab Raja-Raja ditulis untuk memberikan wawasan teologi dan sejarah bangsa Israel dan sekaligus menjadi pelajaran rohani bagi pembacanya. 

Melalui kisah para raja, umat diajak untuk merenungkan ketaatan kepada Allah dan konsekuensi dari penyimpangan terhadap perjanjian-Nya.

Penulis Kitab Raja - Raja


1. Latar Belakang Kitab Raja-Raja


Kitab Raja-Raja ditulis oleh seorang penulis anonim, meskipun tradisi Yahudi sering mengkaitkannya dengan nabi Yeremia. Kitab ini merupakan kelanjutan dari kitab Samuel, yang mencatat awal mula pemerintahan raja-raja Israel.

Waktu penulisan diperkirakan setelah pembuangan bangsa Israel ke Babel, sekitar abad ke-6 Sebelum Masehi. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa kitab ini mencatat kehancuran Yerusalem pada tahun 586 Sebelum Masehi.


Kitab Raja-Raja memiliki tujuan historis dan teologis. Secara historis, kitab ini mendokumentasikan peristiwa penting yang terjadi selama lebih dari 400 tahun. Secara teologis, kitab ini menekankan kesetiaan Allah terhadap perjanjian-Nya dan panggilan bagi umat untuk hidup dalam ketaatan.


2. Isi Utama Kitab Raja-Raja


a. 1 Raja-Raja


1 Raja-Raja dimulai dengan kisah akhir hidup Raja Daud dan peralihan kekuasaan kepada putranya, Salomo. Berikut adalah poin-poin utama dalam 1 Raja-Raja:


Pemerintahan Raja Salomo:

Salomo dikenal karena hikmatnya, pembangunan Bait Allah, dan kemakmuran Israel. Namun, ia juga dikenal karena penyimpangannya dengan menikahi banyak wanita asing dan menyembah dewa-dewa mereka.


Perpecahan Kerajaan:

Setelah Salomo wafat, kerajaan terpecah menjadi dua: Kerajaan Israel di utara (dipimpin oleh Yerobeam) dan Kerajaan Yehuda di selatan (dipimpin oleh Rehabeam).


b. 2 Raja-Raja


2 Raja-Raja melanjutkan kisah kerajaan yang terpecah hingga kehancurannya:


Kerajaan Israel Utara:

Sebagian besar raja di Israel Utara digambarkan jahat karena meninggalkan Allah dan menyembah Baal. Kerajaan ini akhirnya dihancurkan oleh Asyur pada 722 SM.


Kerajaan Yehuda Selatan:

Yehuda memiliki beberapa raja yang setia kepada Allah, seperti Hizkia dan Yosia, tetapi akhirnya juga jatuh ke dalam dosa. Yerusalem dihancurkan oleh Babel pada 586 SM, dan bangsa Israel dibuang.


BACA JUGA : 


3. Pesan Utama Kitab Raja-Raja


Kitab Raja-Raja mengandung banyak pesan rohani yang relevan bagi pembaca hingga saat ini:


Ketaatan kepada Allah Membawa Berkat:

Raja Salomo awalnya diberkati dengan hikmat dan kemakmuran karena ketaatannya. Namun, penyimpangannya membawa kehancuran.


Hukuman atas Ketidaksetiaan:

Ketidaktaatan terhadap perintah Allah dan penyembahan berhala menjadi alasan utama kehancuran Israel dan Yehuda.


Kesetiaan Allah:

Meskipun bangsa Israel sering kali tidak setia, Allah tetap setia terhadap perjanjian-Nya dan terus mengutus nabi-nabi untuk mengingatkan umat-Nya.


Pengharapan dalam Pembuangan:

Walaupun kitab ini diakhiri dengan pembuangan, ada pengharapan akan pemulihan, yang akhirnya digenapi melalui Yesus Kristus.


4. Kaitan Kitab Raja-Raja Dengan Zaman Digital


Kitab Raja-Raja mengajarkan pentingnya hidup dalam hubungan yang benar dengan Allah. Umat manusia sering kali tergoda untuk mengejar kekuasaan, kekayaan, atau kebahagiaan duniawi, seperti yang terjadi pada para raja dalam kitab ini. Namun, kitab ini mengingatkan bahwa hanya dengan hidup setia kepada Allah, kita dapat mengalami damai sejahtera yang sejati.


Selain itu, kitab ini menunjukkan bahwa bahkan di tengah kejatuhan dan pembuangan, Allah selalu menyediakan jalan untuk pemulihan. Hal ini memberikan pengharapan bagi siapa saja yang merasa jauh dari Allah untuk kembali kepada-Nya.



5. Kitab Raja-Raja dalam Perspektif Teologis dan Sejarah


Selain sebagai catatan sejarah, Kitab Raja-Raja juga menjadi saksi peran Allah dalam perjalanan bangsa Israel. Dalam konteks teologis, kitab ini memberikan wawasan tentang keadilan, kasih, dan rencana Allah bagi umat manusia. Dalam perspektif sejarah, kitab ini mencerminkan realitas politik, sosial, dan religius pada masa itu.


5.1. Teologi dalam Kitab Raja-Raja


Kedaulatan Allah

Kitab Raja-Raja menunjukkan bahwa Allah adalah penguasa tertinggi, bukan raja manusia. Keputusan Allah memengaruhi nasib bangsa Israel dan Yehuda. Ketika para raja melanggar hukum Allah, hukuman datang sebagai bentuk keadilan-Nya. Namun, Allah tetap setia terhadap janji-Nya, seperti yang terlihat dalam pemeliharaan keturunan Daud.


Peran Nabi sebagai Pembawa Pesan Allah

Nabi-nabi seperti Elia dan Elisa muncul sebagai tokoh penting dalam Kitab Raja-Raja. Mereka diutus untuk menegur raja dan umat Israel yang menyimpang dari jalan Allah. Kehadiran nabi-nabi ini menunjukkan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya tanpa bimbingan dan peringatan.


Hubungan antara Ibadah dan Politik

Kitab Raja-Raja memperlihatkan bagaimana keputusan politik para raja sering kali memengaruhi kehidupan spiritual bangsa Israel. Ketika raja memimpin umat dalam penyembahan yang benar, berkat Allah tercurah. Sebaliknya, penyembahan berhala membawa kehancuran, baik secara politik maupun spiritual.


5.2 Sejarah dan Budaya dalam Kitab Raja-Raja


Struktur Pemerintahan

Kitab Raja-Raja memberikan gambaran tentang struktur pemerintahan monarki Israel kuno, termasuk pembagian tugas administrasi dan militer. Raja Salomo, misalnya, dikenal karena kebijaksanaannya dalam memerintah dan kemampuan mengorganisasi kerajaan.


Hubungan Israel dengan kerajaan-kerajaan lain, seperti Mesir, Tirus, dan Asyur, juga dicatat dalam kitab ini. Perjanjian, perdagangan, dan aliansi politik sering kali berdampak pada kestabilan kerajaan. Namun, hubungan ini juga membawa pengaruh negatif, seperti masuknya penyembahan berhala.


Pembangunan dan Kemajuan Teknologi

Salah satu pencapaian terbesar dalam Kitab Raja-Raja adalah pembangunan Bait Allah oleh Raja Salomo. Proyek ini mencerminkan kemajuan teknologi dan arsitektur pada masa itu serta dedikasi bangsa Israel kepada Allah.



6. Renungan Dari Kitab Raja-Raja


Kitab Raja-Raja bukan sekadar sejarah panjang tentang para pemimpin Israel dan Yehuda. kitab Raja-Raja juga merupakan sebagai media perenungan atau refleksi yang mendalam tentang pergumulan manusia dengan dosa, panggilan untuk bertobat, dan kesetiaan Allah yang tak pernah berubah. Berikut adalah beberapa nilai spiritual yang ditekankan oleh kitab Raja-Raja1 dan kitab Raja-Raja 2, antara lain :



Kepemimpinan yang Berpusat pada Allah

Para pemimpin diingatkan untuk selalu mencari hikmat dan bimbingan Allah dalam memimpin. Raja Salomo menjadi teladan dalam meminta hikmat kepada Allah, meskipun akhirnya ia gagal mempertahankannya.


Kesetiaan dalam Ibadah

Kitab Raja-Raja menekankan pentingnya ibadah yang benar kepada Allah. Penyembahan berhala membawa kehancuran, sementara penyembahan yang benar mendatangkan berkat.


Pertobatan dan Pemulihan

Meskipun bangsa Israel dan Yehuda jatuh ke dalam dosa, Kitab Raja-Raja menunjukkan bahwa Allah selalu membuka jalan bagi pertobatan. Hal ini menjadi pengingat bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni oleh Allah.


Kitab Raja-Raja tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian penting dari narasi besar Alkitab yang menceritakan karya Allah dalam sejarah umat manusia. Kitab Raja-Raja menjadi jembatan antara masa pemerintahan raja-raja Israel dan nubuat para nabi. Cara pandang keseluruhan kitab Raja-Raja 1 dan 2 memberikan beberapa wawasan yang penting, antara lain :


Kegenapan Janji Allah kepada Daud

Melalui Raja Salomo, janji Allah kepada Daud tentang penerus takhta yang akan membangun Bait Allah digenapi (2 Samuel 7:12-13). 

Namun, Salomo juga menjadi pengingat bahwa janji Allah ini tidak sepenuhnya digenapi oleh manusia. Janji tentang "takhta yang kekal" hanya akan digenapi secara sempurna dalam diri Yesus Kristus, Sang Raja yang sejati.


Gambaran tentang Kerajaan Allah

Kitab Raja-Raja mencerminkan keterbatasan kerajaan manusia yang dipimpin oleh raja yang berdosa dan gagal. Hal ini menunjukkan kebutuhan akan Kerajaan Allah yang sempurna, di mana Kristus akan memerintah dengan adil dan benar.


Penghukuman dan Pemulihan

Pembuangan bangsa Israel dan Yehuda dalam Kitab Raja-Raja menggambarkan hukuman atas dosa, tetapi juga menyiratkan harapan akan pemulihan. Dalam Perjanjian Baru, Kristus datang untuk membawa pemulihan yang sejati bagi umat manusia, melampaui pembuangan fisik dan menuju pembebasan dari dosa.



Kitab Raja-Raja mengajarkan banyak hal yang relevan bagi kehidupan iman kita saat ini:


Berpegang pada Kebenaran Firman Allah

Kitab Raja-Raja menunjukkan betapa pentingnya umat Allah untuk setia kepada firman-Nya. Ketika firman Allah diabaikan, kehancuran pasti terjadi. Sebaliknya, ketika firman Allah dihormati, umat akan mengalami berkat dan pemeliharaan-Nya.


Keberanian untuk Berdiri bagi Kebenaran

Tokoh-tokoh seperti nabi Elia dan Elisa menunjukkan keberanian luar biasa dalam menegur dosa dan mengingatkan bangsa Israel untuk kembali kepada Allah. Mereka menjadi teladan bagi kita untuk tetap berdiri teguh dalam iman, meskipun menghadapi tekanan dan tantangan.


Harapan dalam Kesetiaan Allah

Meskipun bangsa Israel sering gagal, Allah tetap setia kepada perjanjian-Nya. Ini menjadi pengingat bahwa harapan kita tidak bergantung pada usaha kita, melainkan pada kesetiaan Allah yang tak berubah.



Dalam kehidupan modern, pesan-pesan dari Kitab Raja-Raja dapat diaplikasikan dalam berbagai cara:


Kepemimpinan yang Bertanggung Jawab

Para pemimpin, baik dalam keluarga, gereja, maupun masyarakat, diajak untuk meneladani hikmat Salomo (pada awal pemerintahannya) dan menjauhi kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para raja Israel lainnya.


Prioritas dalam Ibadah

Kitab Raja-Raja menekankan pentingnya menjadikan Allah sebagai pusat kehidupan. Dalam dunia yang penuh dengan "berhala modern" seperti materialisme, ambisi, dan hiburan, kita dipanggil untuk menjaga hati tetap setia kepada Allah.


Mengandalkan Allah dalam Setiap Situasi

Seperti bangsa Israel yang bergantung pada Allah dalam masa-masa sulit, kita juga diajak untuk mengandalkan-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita. Kitab Raja-Raja mengingatkan kita bahwa Allah berkuasa atas segala situasi dan selalu hadir bagi umat-Nya.



 Bahaya Penyembahan Berhala


Penyembahan berhala adalah tema sentral dalam kehancuran Kerajaan Israel dan Yehuda. Raja Salomo, meskipun dikenal sebagai orang paling bijaksana, tergoda untuk menyembah dewa-dewa asing akibat pengaruh istri-istrinya. Begitu pula dengan raja-raja Israel Utara seperti Ahab, yang memperkenalkan penyembahan Baal secara sistematis.


Dalam kehidupan modern, berhala mungkin tidak lagi berupa patung, tetapi bisa berbentuk apapun yang menggantikan posisi Allah di hati manusia seperti harta, kekuasaan, hiburan, atau ambisi. Kitab Raja-Raja mengingatkan bahwa hanya Allah yang layak disembah, dan segala bentuk berhala membawa kehancuran rohani dan moral.


2. Pentingnya Kepemimpinan yang Berpusat pada Allah


Kitab ini menunjukkan bahwa karakter pemimpin sangat memengaruhi kondisi rohani dan kesejahteraan bangsa. Raja-raja yang setia kepada Allah membawa berkat bagi rakyatnya, seperti Asa, Yosafat, dan Hizkia di Kerajaan Yehuda. Sebaliknya, raja-raja yang jahat dan korup membawa kehancuran, seperti Yerobeam dan Manasye.


Alkitab sangat relevan untuk semua pemimpin, baik dalam keluarga, gereja, maupun masyarakat. Kepemimpinan yang berpusat pada nilai-nilai Allah—keadilan, kebenaran, dan kasih—akan membawa damai sejahtera dan kemakmuran. Sebaliknya, kepemimpinan yang mengabaikan Allah akan merusak komunitas dan hubungan antarmanusia.


3. Keteguhan Iman di Tengah Kemerosotan


Nabi-nabi seperti Elia dan Elisa adalah contoh teladan tentang keberanian dan keteguhan iman. Di tengah kemerosotan moral bangsa dan ancaman dari penguasa, mereka tetap setia menyuarakan firman Allah. Nabi Elia, misalnya, dengan berani menantang nabi-nabi Baal di Gunung Karmel, membuktikan bahwa hanya Allah yang benar (1 Raja-Raja 18:20-40).


Dalam konteks modern, kita diajak untuk tetap teguh dalam iman meskipun dunia di sekitar kita penuh dengan kompromi dan penyimpangan. Kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus yang hidup, seperti nabi-nabi dalam kitab ini.


4. Harapan dalam Penghukuman


Meskipun kitab ini mencatat banyak kisah tragis, seperti kehancuran Samaria (Kerajaan Israel) dan Yerusalem (Kerajaan Yehuda), ada benih-benih harapan di dalamnya. Allah selalu menyediakan jalan bagi umat-Nya untuk kembali, baik melalui nabi-nabi maupun janji-janji-Nya.


Misalnya, akhir kitab Raja-Raja mencatat bahwa Yoyakhin, raja terakhir Yehuda yang dibuang ke Babel, diberi pengampunan dan kehormatan oleh Raja Babel (2 Raja-Raja 25:27-30). Ini adalah simbol bahwa Allah tidak pernah benar-benar meninggalkan umat-Nya. Harapan ini digenapi dalam Kristus, yang membawa pemulihan dan kehidupan kekal bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.


5. Panggilan untuk Hidup Kudus


Kitab Raja-Raja mengajarkan bahwa kehidupan umat Allah harus mencerminkan kekudusan-Nya. Ketika bangsa Israel dan Yehuda menyimpang dari jalan Tuhan, dosa mereka menjadi penghalang untuk menerima berkat Allah. Sebaliknya, raja-raja yang taat seperti Yosia membawa pembaruan rohani dengan memimpin umat kembali kepada firman Allah.


Panggilan untuk hidup kudus tetap relevan bagi orang percaya saat ini. Dalam Kristus, kita dipanggil untuk menjadi terang dunia dan garam bumi, memancarkan kasih dan kebenaran Allah kepada dunia yang gelap.


Refleksi Akhir Kitab Raja-Raja mengingatkan kita bahwa perjalanan iman manusia penuh dengan tantangan. Seperti bangsa Israel dan Yehuda, kita juga sering kali tergoda untuk berpaling dari Allah. Namun, kasih dan kesetiaan Allah selalu memanggil kita untuk kembali.


Melalui kitab ini, kita diajak untuk:


- Memiliki iman yang teguh di tengah dunia yang penuh tantangan.

- Menjauhkan diri dari segala bentuk penyembahan berhala.

- Memimpin dengan hikmat, kebenaran, dan kasih Allah.

- Hidup kudus dan setia kepada firman-Nya.

- Mengandalkan pengharapan dalam Kristus, Raja yang sejati.




7. Kitab Raja-Raja : Mengarah pada Kristus sebagai Raja Sejati


Kitab Raja-Raja, meskipun secara eksplisit tidak menyebutkan nama Yesus Kristus, menjadi bagian penting dalam pengungkapan rencana keselamatan Allah yang digenapi di dalam Kristus. Melalui narasi tentang kejatuhan para raja dan kehancuran kerajaan Israel serta Yehuda, kitab ini menunjukkan perlunya seorang Raja yang sempurna—seseorang yang tidak hanya memerintah dengan adil, tetapi juga membawa pemulihan sejati bagi umat Allah.


Kristus sebagai Penggenapan Raja Daud


Janji Allah kepada Daud dalam 2 Samuel 7:16, bahwa "takhta kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya," menjadi dasar teologis bagi pengharapan mesianik. Salomo, penerus Daud, hanya sebagian kecil dari pemenuhan janji ini. Meski Salomo memerintah dengan hikmat dan membangun Bait Allah, dosa-dosanya mengakibatkan perpecahan kerajaan.


Kristus, sebagai keturunan Daud, adalah Raja yang dijanjikan yang memerintah dengan keadilan dan kasih. Dalam Injil, Yesus disebut sebagai "Anak Daud" (Matius 1:1), menunjukkan bahwa Ia adalah penggenapan dari rencana Allah untuk mendirikan kerajaan yang tidak akan berakhir.


Kerajaan Allah yang Sempurna


Kerajaan dalam Kitab Raja-Raja bersifat sementara dan rapuh karena didirikan di atas manusia yang berdosa. Bahkan raja-raja terbaik seperti Salomo dan Hizkia tidak luput dari kelemahan. Kerajaan-kerajaan ini akhirnya jatuh ke dalam kehancuran karena dosa, menunjukkan bahwa manusia tidak mampu mendirikan kerajaan yang kekal.


Yesus datang untuk mendirikan Kerajaan Allah, yang tidak bergantung pada kekuatan manusia, tetapi pada kuasa Allah sendiri. Kerajaan ini bukanlah kerajaan duniawi yang diwarnai oleh perang dan perebutan kekuasaan, melainkan kerajaan rohani yang membawa damai sejahtera dan kehidupan kekal.


Yesus berkata dalam Yohanes 18:36:

"Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini. Jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi. Akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."


Pemulihan yang Dijanjikan


Kitab Raja-Raja diakhiri dengan kehancuran: jatuhnya Samaria (722 SM) dan Yerusalem (586 SM). Namun, dalam kehancuran ini terdapat benih pengharapan. Kisah tentang pengampunan Yoyakhin di akhir kitab (2 Raja-Raja 25:27-30) menjadi tanda bahwa Allah belum selesai dengan umat-Nya.


Dalam Kristus, pemulihan ini mencapai puncaknya. Ia adalah Raja yang datang untuk memulihkan hubungan manusia dengan Allah. Kehancuran Yerusalem adalah gambaran dosa yang memisahkan manusia dari Allah, sementara karya penebusan Kristus di salib adalah penggenapan pemulihan tersebut.


Panggilan untuk Hidup di Bawah Pemerintahan Kristus


Sebagai umat yang hidup di bawah pemerintahan Kristus, kita diajak untuk hidup dalam ketaatan dan penyerahan total kepada-Nya. Berbeda dengan raja-raja duniawi yang sering kali memerintah dengan ambisi dan kepentingan pribadi, Kristus memerintah dengan kasih, kerendahan hati, dan keadilan sempurna.


Kitab Raja-Raja mengingatkan kita tentang akibat buruk dari dosa, tetapi juga menunjukkan harapan bahwa Allah akan mengutus seorang Raja yang sempurna. Kristus adalah penggenapan harapan ini, dan kita dipanggil untuk hidup sebagai warga Kerajaan-Nya.


Dalam Kolose 1:13-14 tertulis:

"Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa."



8. Ringkasan Kitab Raja - Raja


Pesan abadi dari Kitab Raja-Raja Kitab Raja-Raja menyajikan sejarah yang penuh pelajaran tentang dosa, pertobatan, dan pengharapan. Dengan mencatat kegagalan para raja Israel dan Yehuda, kitab ini menyoroti kebutuhan akan seorang Raja yang sempurna—Kristus, Raja segala raja.


Sebagai umat Allah, kita diajak untuk:


- Mengenal Kristus sebagai Raja Sejati : Menyerahkan hidup kita di bawah pemerintahan-Nya yang penuh kasih dan kebenaran.

 - Hidup dalam Ketaatan : Menjauhkan diri dari berhala modern dan memilih untuk taat kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan.

- Menjadi Warga Kerajaan Allah : Menghidupi nilai-nilai Kerajaan Allah, seperti kasih, keadilan, dan kerendahan hati, dalam dunia yang penuh dengan ketidakadilan.



Kitab Raja-Raja tidak hanya mengajarkan sejarah masa lalu, tetapi juga memberikan visi masa depan tentang Kerajaan Allah yang kekal. Di dalam Kristus, kita memiliki pengharapan akan masa depan yang sempurna, ketika kita akan hidup di bawah pemerintahan-Nya yang tidak akan pernah berakhir.

Sebagaimana dinyatakan dalam Wahyu 11:15:

"Kerajaan dunia ini telah menjadi Kerajaan TUHAN kita dan Kristus-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai Raja sampai selama-lamanya."


Kitab Raja-Raja adalah pengingat abadi bahwa Allah adalah Raja yang sejati, yang berdaulat atas sejarah dan kehidupan manusia. Ia setia kepada janji-Nya, bahkan ketika kita tidak setia. Sebagai umat-Nya, kita diajak untuk hidup setia kepada-Nya, mengandalkan kekuatan-Nya, dan menantikan kedatangan Kerajaan-Nya yang kekal.

Kitab Raja-Raja adalah sebuah kitab yang sarat dengan pelajaran historis, teologis, dan spiritual. Kisah para raja Israel dan Yehuda mengingatkan kita tentang pentingnya ketaatan kepada Allah dan bahaya penyimpangan dari jalan-Nya.

Kitab ini juga menjadi gambaran tentang kesetiaan Allah yang terus memanggil umat-Nya untuk bertobat dan kembali kepada-Nya, bahkan di tengah kejatuhan dan penghukuman. Dalam Kristus, pesan pemulihan dan harapan dalam Kitab Raja-Raja digenapi secara sempurna.

Sebagai umat Allah, kita diajak untuk merenungkan kisah dalam kitab ini sebagai cermin bagi kehidupan kita, agar kita terus berjalan dalam kebenaran, berpegang pada firman Allah, dan hidup dalam harapan akan Kerajaan-Nya yang kekal.


Labels: ,

Friday, March 14, 2025

7 Alasan Allah Mengizinkan Kesulitan Terjadi

Makna Hidup Di Balik Kesulitan



MAKNA ALLAH MENGIJINKAN KESULITAN


Secara garis besarnya ada tujuh ( 7 ) alasan mengapa Allah mengizinkan kesulitan terjadi dalam kehidupan manusia menurut pandangan Kristen Punya.

Meskipun ada beragam perspektif dan alasan mengapa Allah mengijinkan kesulitan dan penderitaan terjadi dalam kehidupan manusia. Namun satu yang pasti bahwa segala bentuk kesulitan hidup, kesengsaraan, dan penderitaan dampak dari manusia jatuh ke dalam dosa.

Kesulitan adalah situasi dan pengalaman yang sering kali tanpa diundang datang dalam kehidupan manusia.
Banyak orang bertanya, mengapa Allah mengizinkan sengsara terjadi? Apakah Allah tidak peduli atau mungkin tidak berkuasa untuk mencegahnya?
Pertanyaan seperti ini sudah menjadi topik perenungan bagi banyak orang, baik yang sudah beriman maupun yang belum beriman kepada Allah.

Kesusahan atau kesulitan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Seiring berjalannya waktu banyak orang menghadapi tantangan besar, baik itu kesakitan jasmani, emosional, atau bahkan kerohanian.
Namun, meskipun Allah adalah Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih tapi mengapa Allah mengizinkan kesulitan terjadi?

Dalam banyak kasus, masa - masa sulit bukan hanya sebuah ujian, tetapi juga sarana instropeksi atau pembelajaran.
Melalui  berbagai kesulitan dan penderitaan umat Kristen diajak untuk merenungkan arti sebuah kehidupan dan belajar memahami diri kita lebih dalam. Ketika kita menghadapi kesulitan, kita sering kali lebih dekat dengan Allah, berusaha memahami makna dari ujian yang diberikan-Nya. Dalam konteks ini, berbagai kesulitan bisa menjadi alat untuk membangun kedewasaan dan keteguhan hati.

Berikut  ini 7 alasan  mengapa Allah  mengizinkan kesulitan terjadi dalam hidup manusia  menurut pandangan Kristen Punya :

Alasan Allah Mengizinkan Kesulitan Terjadi


1. KESULITAN UNTUK MENDEWASAKAN KITA


Orang Kristen tidak boleh kekanak - kanakan di dalam TUHAN, semua orang Kristen tanpa kecuali kalau sudah masuk di usia dewasa seharusnya dibarengi dengan kematangan berpikir. 

Dengan kematangan berpikir orang Kristen bisa membedakan mana yang baik dan mana yang salah, serta mengerti mana yang baik dan mana yang lebih baik.

TUHAN mau semua orang Kristen bertumbuh menjadi orang dewasa di dalam iman, dalam pengharapan dan dalam kasih kepada TUHAN dan sesama manusia. 

Sebagai ilustrasi dalam kehidupan ini, manusia yang beranjak dewasa tidak mungkin makanan utamanya susu sebagaimana layaknya seorang bayi.

Bagi orang dewasa susu dijadikan sebagai pelengkap nutrisi yang sangat diperlukan oleh tubuh khususnya tulang dan gusi.

Bagi orang dewasa makanan keraslah yang menjadi makanan sehari - hari karena kemampuan mencerna orang dewasa sudah lebih baik dari bayi atau anak - anak.

Hai ini jugalah yang telah disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. dalam surat 1 Korintus 3:1-3 : Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.

Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. 

Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya.Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?

Kesakitan jasmaniah kadangkala harus kita alami dan rasakan, saat tubuh kita mengalami pertumbuhan menuju kedewasaan. Walaupun terkadang sudah dilindungi dan dijaga dengan sebaik-baiknya. 

Tidak ada seorang anakpun akan dapat bertumbuh tanpa adanya resiko rasa sakit sewaktu jatuh. Bagaimana seorang anak dapat belajar berjalan tanpa dia harus mengalami jatuh? Jika ada cara lain untuk membesarkan anak - anak tanpa rasa sakit yang harus diderita demi pertumbuhan itu sendiri, pasti para leluhur kita telah menemukannya. 

Tapi kenyataannya tidak pernah leluhur kita menemukan jalan hidup tanpa rasa sakit untuk bertumbuh dan terus bertumbuh.

Namun setiap orang Kristen harus mengerti juga bahwa pertumbuhan berarti menjadi lebih besar dari semula. 

Dan seringkali menjadi lebih besar harus dilalui dengan berbagai ketegangan dan pergumulan. Misalnya berpisah dengan anak-anak, karena demi pertumbuhan dan masa depan mereka. 

Anak kita harus pindah ke kota lain untuk melanjutkan sekolah. Ilmu yang ia dapatkan, membuatnya tidak sepikir dan sejalan lagi dengan orang tuanya, baik secara pendidikan, kejiwaan dan secara rohani. Timbullah perselisihan, pertengkaran yang akan membuat hidup diwarnai dengan beragam kesulitan. 



2. MENUNTUN KITA MENGENAL ALLAH DAN KASIHNYA.


Bila diperhatikan, seringkali setelah mengalami banyak kesulitan atau kesusahan, orang akan berbalik kepada Allah. 


Kalau saja bilik - bilik penjara, ruang - ruang rumah sakit dapat berbicara dan bersaksi, maka ia akan berkata : “Betapa banyak orang telah bertobat dari dosanya karena mereka mengalami kesakitan dan penderitaan di dalam ruangan ini." 


Jika Anda saat ini sedang mengalami kesulitan, masalah atau persoalan, dan berbagai penderitaan lainnya izinkanlah hal itu terjadi, karena kesulitan adalah penuntun langkah yang baik untuk bertemu dengan Sang Pencipta dan merasakan kasihNya.


Jadi dapat dikatakan, bahwa “Pesuruh Allah” itu bukan saja malaikat, tetapi juga penderitaan dan kesulitan. Sadarkah Anda akan hal ini? 


Dalam kisah Elimelekh dan Naomi yang terdapat dalam kitab Rut, keluarga Elimelekh dan Naomi mengalami masa kelaparan di Betlehem. 

Daya tarik negeri Moab begitu luar biasa bagi mereka, sehingga mereka meninggaikan Betlehem. Sebenarnya Betlehem merupakan gudangnya makanan karena Betlehem berarti rumah roti. 

Tetapi Naomi, Elimelekh dan kedua anaknya meninggalkan Betlehem untuk pergi ke negeri Moab.

Di negeri Moab, kedua putranya menikah dengan wanita di sana. Tetapi tidak lama kemudian Elimelekh meninggal, dan disusul oleh kedua putranya. 

Kini Naomi beserta kedua Menantunya menjadi janda. 

Dalam suasana seperti itu Naomi baru ingat kembali Betlehem. 

Ketika hidup sengsara, ia baru ingat Betlehem, atau Rumah Roti. Akhirnya Naomi kembali ke Betlehem disertai dengan Rut. Mereka kembali bukan karena dijemput seorang Imam, Pendeta atau Penginjil, melainkan Pesuruh Allah yang bernama kesulitan hidup. 

Kesulitan telah menuntun manusia untuk kembali kepada Allah dan menikmati kasih Allah. 

Dalam kitab Perjanjian Baru, kita dapat melihat sebuah kisah yang sangat terkenal perihal anak yang terhilang. 

Dalam Injil Lukas 15:11-32, dikisahkan perihal seorang ayah yang mempunyai dua anak laki-laki. 

Anak sulung sangat taat, rajin dan apapun dikerjakannya dengan sungguh-sungguh. 

Sebaliknya anak yang bungsu sangat malas. Ia selalu ingin hidup bersenang-senang. Meskipun ayahnya belum meninggal, ia sudah meminta warisan untuk bekal di perantauan. Bapanya menggambarkan kepadanya bagaimana keadaan di perantauan dan menasehatinya supaya jangan pergi. Namun ia tidak menerima nasehat bapanya sehingga pada akhirnya anak itu diizinkannya pergi. 

Pada saat anak bungsu tiba di perantauan ia merasa bebas dan senang karena bertemu dengan siapapun yang ia mau. la hidup berfoya - foya sehingga singkat cerita hartanya mulai habis. Kemudian tibalah masa kelaparan, lalu si anak bungsu ini berpikir untuk mencari kerja, tetapi tidak mempunyai keahlian. Untungnya ada seorang majikan yang iba terhadapnya dan menyuruhnya menjaga babi peliharaannya di ladang. la begitu lapar dan ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tak seorangpun yang memberikan kepadanya. Ia merasa sangat sedih dan pilu. 

Pada saat itulah ia ingat rumah bapanya. la menyadari keadaannya, katanya: “Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 
Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa. Aku tak layak lagi disebutkan sebagai anak bapa, sekarang jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa." 

Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan, Ayahnya itu berlari mendapatkan dia, lalu merangkul dan mencium dia. 
Penderitaan dan kesulitan hidup telah menjemputnya untuk berbalik kepada bapanya. 

Pertanyaannya sekarang, kita akan pilih yang mana? Berbalik kepada Allah sebelum mengalami kesulitan hidup atau dijemput oleh kesulitan hidup karena hidup kita yang sekarang masih bermain - main dengan dosa? Haruskah Allah mengirim utusanNya yang bernama kesulitan, supaya kita kembali kepada Allah? 
Oleh karenanya, janganlah keraskan hatimu sekarang, berkatalah kepada Allah : “Bapa, aku tidak perlu dijemput kesulitan dan penderitaan. Aku dapat pulang sendiri, karena jalannya aku tahu. Aku tahu jalan pergi, aku juga tahu jalan pulang.” 

Naomi dan Rut perlu jemputan, anak yang terhilang perlu jemputan. 
Tetapi bagi kita yang sedang membaca postingan 7 Alasan Allah Mengizinkan Kesulitan ini, biarlah mau mendengar suaraNya, mau berpaling, dan berbalik kepadaNya. “Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus : Pada hari ini, jika kamu mendengar suaraNya, Janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan - perbuatanKu, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata : Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalanKu, sehingga Aku bersumpah dalam murkaku : Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu." (Ibrani 3:7-11). 

Kesulitan hidup menuntun dan membawa manusia berjumpa dengan Allah. Jika kesulitan terjadi di dalam hidup kita, jangan bertanya mengapa, tapi berkatalah: “TUHAN, terima kasih untuk kesulitan hidup yang kini aku alami ini, karena dengan kesulitan hidup dan penderitaan ini aku dapat berbalik arah dan kembali bertemu dengan Engkau dan merasakan belaian kasih sayangMu, serta dapat membuat saya hidup lebih baik lagi".
Pada saat semua orang Kristen tidak bermain - main dengan dosa lagi di sinilah terjadi pertobatan yang sesungguhnya. 
Pada saat terjadi pertobatan sesungguhnya, inilah saatnya bagi semua orang Kristen untuk mencari Allah dan bertemu denganNya.
Sebagaimana yang dikatakan firman TUHAN dalam surat Yesaya 55:6 dikatakan : Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui, berserulah kepadaNya selama Ia dekat."

Janganlah pernah berpikir : ada saatya nanti, gak usah sekarang, saya sekarang masih pingin bebas, ke Gereja jalan terus, dosa juga jalan terus.
Coba resapi, dan renungkan surat Yesaya 55:6 secara mendalam, garis bawahi kata ' selama Ia berkenan '.
Ini artinya ada saatnya Allah tidak berkenan lagi untuk ditemui dan ada saatnya Allah jauh saat kita berseru memanggil nama Allah. Orang Kristen tidak dapat menuntut itu semua karena Allah jauh dan tidak berkenan adalah kehendak dan otoritas Allah.

Oleh karena itu inilah saatnya untuk bertemu dengan Allah, karena itulah kerinduan Allah dari masa ke masa.
Kalau orang Kristen sudah ditegur dan dijemput melalui kesulitan hidup dan sakit penyakit.


3. PERTANDA ALLAH MEMPERLAKUKAN KITA SEBAGAI ANAK - ANAKNYA

Dalam ayat pembuka di surat Ibrani pasal 12, dijelaskan bahwa Allah menghajar orang yang dikasihiNya dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak. Dalam ayat 5 sampai 8 dikatakan : “Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan TUHAN, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya, karena TUHAN menghajar orang yang dikasihiNya, dan la menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran: Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.” (Ibrani 12:5-8).

Jelas bahwa penghajaran merupakan bukti, bahwa Allah telah mengakui dan mengasihi kita sebagai anak-anakNya. Seorang bapa duniawi menghajar anak-anaknya untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik bagi mereka. Demikian juga Allah menghajar kita, oleh karena Allah ingin kita menjadi orang yang berarti. Allah ingin mengembangkan karuniaNya yang telah Ia taruh di dalam diri kita. Ia telah menciptakan: kita, menjadikan kita sebagai anakNya, dan sebagai anak, kita perlu diajar dan didewasakan, agar kita boleh berguna bagi Dia. 

Satu hal yang tidak boleh kita lupakan, bahwa kalau tidak ada penghajaran, maka kita akan kehilangan semangat dan gairah. 

Bila tidak ada penghajaran berarti bahwa kita bukanlah anak-anak Allah. Kita adalah anak-anak yang tidak sah (haram) yang di dalam surat Ibrani pasal 12 disebutkan sebagai “anak-anak gampang,” atau dengan perkataan lain, kita berada di luar keluarga Allah. Sebagai orang Kristen bisa saja menyebut diri kita sebagai “orang-orang percaya TUHAN ” Kita menyanyikan nyanyian - nyanyian rohani yang berisikan ungkapan bahwa "kita adalah anak-anak Allah.” Akan tetapi kita bukanlah orang Kristen yang terhisap sebagai keluarga Allah, kalau kita tidak mengalami penghajaran. 

Sebab itu kalau penghajaran itu sedang kita alami, maka seharusnya kita berbesar hati dan bukan berputus asa atau menjadi tawar hati, karena hal itu menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak Allah. 

Dalam surat Amsal 3:11-12 dikatakan :“Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatanNya. Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihiNya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.”

Penghajaran dan hukuman dari Allah, merupakan dua hal yang berbeda. Orang Kristen tidak dihukum untuk dosa - dosanya lagi, oleh karena hukuman atas dosa-dosanya telah ditanggung oleh Yesus Kristus di atas kayu salib. Ibrani 10:10 berkata: “Dan karena kehendaknya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama - lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.” Dikuduskan berarti dipisahkan demi keselamatan. 

Di dalam 1 Yohanes 1:7, kita mendapat kepastian bahwa: “Jika kita hidup dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus Anaknya itu menyucikan kita dari segala dosa.” Kemudian ayat 9 dari pasal yang sama berkata: “Jika kita mengaku dosa kita, maka la adalah setia dan adil sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 

Tujuan penghajaran termasuk hal membereskan dan membersihkan kita dari segala kejahatan. 

Allah tidak akan menghukum seseorang untuk kedua kalinya jika orang tersebut telah percaya kepadaNya. Yesus telah memikul semua dosa kita atas diriNya di atas kayu salib. 

Dan pada saat kita menerima Dia sebagai Juru Selamat, kita sudah dilepaskan dari hukuman - hukuman selanjutnya. 

Yesus Kristus sendiri menegaskan hal ini ketika la berkata: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” (Yohanes 5:24). 

Hal ini bukan berarti lalu kita mendapat izin untuk berbuat dosa. Kalau kita berpikir bahwa keadaan kita itu memberi kebebasan untuk kita melakukan dosa, maka kita hanya akan mendatangkan lebih banyak penghajaran ke atas diri kita sendiri. 

Untuk itu jangan sampai salah memahami apa arti mendengar, mendengar bukan sekedar aktivitas mendengar yang diperankan oleh indera pendengaran kita.

Tapi lebih dari itu, dalam arti yang sesungguhnya mendengar adalah melakukan apa yang diperintahkan TUHAN. Berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN dan melakukannya dengan setia, itulah yang disebut mendengar.

Kalau Allah menghukum, la melakukan itu sebagai Hakim yang adil, tetapi kalau Ia menghajar, itu dilakukannya sebagai Bapa yang mengasihi. 

Allah adalah Hakim kita sebelum kita menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat, Kita tidak dapat memanggil Allah sebagai Bapa sampai pada saat kita sudah menjadi anak - anakNya. Yohanes 1:12 mengatakan pada kita: “Semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak - anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya.” 

Jadi jelas di sini bahwa Allah akan menghukum orang-orang yang berada di luar keluargaNya, tetapi Ia akan menghajar mereka yang ada di dalam keluargaNya. 



4. UNTUK MEMBENTUK KARAKTERISTIK ORANG KRISTEN YANG SESUNGGUHNYA

5. MENUNTUN KITA UNTUK HIDUP BAGI ALLAH

6. AGAR MENJADI WARGA KERAJAAN ALLAH

7. MENUNTUN KITA UNTUK MELAYANI ORANG LAIN



Bersambung...

Saturday, March 08, 2025

Setiap Kesulitan Pasti Ada Kemudahan

 

Menganalisa Problem Untuk Mendapatkan Solusi

Kesulitan Pasti Pernah Dialami Semua Orang

Dalam setiap kesulitan pasti ada kemudahan, karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. 

Dalam kehidupan, setiap orang pasti menghadapi berbagai masalah, baik kecil maupun besar. 

Tua dan muda, kaya dan miskin, laki - laki maupun perempuan, baik yang bangsawan maupun rakyat biasa, yang di kota maupun yang di desa pasti berpotensi mengalami kesulitan. 

Kesulitan itu juga beragam, ada kesulitan berupa utang piutang yang banyak, ada yang berupa dalam kondisi pengangguran. Ada berupa musibah bencana alam seperti banjir bandang atau gempa bumi, ada berupa sakit penyakit yang tidak kunjung sembuh dan lain sebagainya. 

Sebagai orang Kristen, kita percaya bahwa tidak ada kesulitan yang tidak dapat diselesaikan bersama TUHAN.

Keyakinan ini bukanlah sesuatu yang omong kosong, melainkan didasarkan pada janji - janji TUHAN yang tertulis dalam Alkitab.

TUHAN telah menyediakan jalan keluar untuk setiap persoalan yang kita hadapi, asalkan kita berserah dan percaya kepada TUHAN.

Apakah Anda berkecil hati dan putus asa ketika mengalami kesulitan?

Ayub berkata: “Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan.” (Ayub 14:1). 

Hal yang sama juga diungkapkan Raja Salomo dalam kitab Pengkhotbah : “Apa faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya? Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tentram. Inipun sia-sia.” (Pengkhotbah 2:22-23). 

Ayat-ayat Firman TUHAN ini, sepertinya hendak memberitahukan kepada semua umat Kristen bahwa kita sekarang ini hidup pada suatu dunia yang penuh kesulitan dan beban hidup yang berat. Ayat - ayat tadi juga mengingatkan umat Kristen  bahwa penderitaan yang membuat kesulitan mengintai kehidupan semua orang selama hidupnya. 

Kesulitan hidup ada di mana-mana, di setiap waktu yang tanpa kita undang bisa datang menghampiri hidup kita.


TUHAN Adalah Sumber Segala Kemudahan

Mata manusia diciptakan TUHAN untuk melihat, tapi mengapa ada orang - orang buta? Telinga diciptakan untuk mendengar tetapi mengapa ada orang-orang tuli? 

Tangan diciptakan untuk dipakai bekerja, tetapi penyakit membuat anggota tubuh itu lumpuh dan tidak berguna lagi. 

Paru paru diciptakan untuk bernafas, tetapi diserang penyakit bronkitis dan pneumonia dan membuatnya tidak berfungsi. 

Otak diciptakan untuk berpikir, tetapi ada saja orang yang menderita kerusakan otak. 

Semua ini membuktikan bahwa kesulitan - kesulitan yang ada tersebut yang membuat hidup banyak masalah ada di mana-mana, ada di sekitar kita, dan tidak memandang umur manusia. 

Bukan saja penderitaan dapat terjadi pada fisik manusia, melainkan terdapat juga pada mental atau kejiwaan manusia. Ada harapan-harapan dan impian - impian yang hebat dan luar biasa, tetapi kandas dan berantakan sebelum menjadi kenyataan. Walaupun yang bersangkutan hidupnya berkenan kepada TUHAN, seperti apa yang diungkapkan dalam kitab Ibrani. “Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. 

Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang : mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan. 

Dunia ini tidak layak bagi mereka, mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua - gua dan celah - celah gunung. 

Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan suatu kesaksian yang baik.” (Ibrani 11:36-39). 

Semua keluarga, teman - teman dekat kita, yang mengenal kita bertahun-tahun, tanpa kita sadari dapat mengkhianati kita saat menghadapi waktu - waktu krisis keuangan. 

Mereka hanya menjadi teman hanya pada waktu keadaan senang, dan tidak menjadi teman atau sahabat pada waktu keadaan susah. 

Meskipun sebenarnya seorang sahabat adalah seorang yang tetap setia dalam keadaan dan situasi apapun.

Seperti yang dikatakan dalam kitab Amsal, “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17:17). 

Ada suami atau isteri yang tidak setia, ada anak - anak yang mendatangkan malu pada keluarga dan banyak lagi berbagai potret kehidupan yang tidak menggembirakan. 

Jikalau kita melihat berbagai kejadian - kejadian yang membuat hidup mengalami kesulitan, maka akan timbul pertanyaan - pertanyaan, berikut ini :  

- Mengapa ada misteri dalam penderitaan? 

- Apakah tidak ada TUHAN? 

- Kalau memang TUHAN ada, mengapa TUHAN seolah - olah tidak peduli? 

- Mengapa kesulitan itu terus ada?

- Katanya di balik kesulitan ada kemudahan, tapi dimana kemudahan itu?

- Apakah memang dunia ini ibarat sebuah lembah kekelaman yang membuat air mata tidak berhenti?

Pertanyaan-pertanyaan di atas “adalah pertanyaan wajar yang mewakili banyaknya pertanyaan mengapa sesuatu terjadi membuat banyak kesulitan? 

Dan jika kita mau mencatatnya, masih banyak lagi pertanyaan lain yang berkaitan dengan kesulitan dan penderitaan, yang timbul dalam pikiran manusia dari berbagai usia. 

Di dalam Mazmur 46:2 mengatakan : “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.”

Ayat ini merupakan ayat emas bagi banyak orang Kristen  yang mengingatkan kita bahwa TUHAN adalah sumber kekuatan dan perlindungan kita. 

Ketika kita merasa sedang kalut, bingung, atau tidak tahu apa yang harus dilakukan, kita bisa datang kepada TUHAN dalam doa.

Sebagai Penolong dalam kesesakan merupakan gambaran kemudahan yang TUHAN perkenalkan kepada manusia yang mengalami kesulitan 

Dan TUHAN akan memberikan hikmat serta kekuatan untuk menghadapi setiap kesulitan yang sedang kita alami.

TUHAN tidak pernah menjanjikan bahwa hidup akan bebas dari masalah. 

Sebaliknya, TUHAN Yesus berkata dalam Yohanes 16:33, “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”

Ayat ini memberikan penghiburan bahwa sekalipun kita menghadapi tantangan, Yesus telah mengalahkan dunia dan berkuasa atas segala sesuatu.


Doa dan Iman Membuka Jalan

Salah satu cara untuk menemukan kemudahan atas kesulitan adalah melalui doa.

Yakobus 5:16 mengatakan, “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.”
Ketika kita berdoa, kita mengundang TUHAN untuk bekerja dalam hidup kita.

Namun setiap orang Kristen harus mengerti bahwa di dalam doa juga harus disertai dengan iman. 

Dalam Ibrani 11:6 disebutkan bahwa tanpa iman, tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.
Iman memungkinkan kita percaya bahwa TUHAN mendengar doa kita dan akan memberikan jalan keluar terbaik, meskipun mungkin berbeda dari yang kita harapkan.

Tidak mungkin seseorang yang mengalami kesulitan mandapatkan kemudahan tanpa doa.

Tidak mungkin seorang benar disempurnakan tanpa doa, dan tak mungkin seorang percaya mendapatkan apa yang ia inginkan dan perlukan tanpa melalui doa. Doa raja Salomo yang terdapat dalam kitab pertama Raja - Raja 8:23-53, merupakan doa yang terpanjang dalam Alkitab. Sebaliknya doa yang terpendek, adalah doa Simon Petrus, murid TUHAN Yesus yang terdapat dalam kitab Matius 14:30. 

Praktek doa yang dilakukan para Nabi dan para rasul sebagaimana diungkapkan dalam Alkitab, sangat luar biasa. 

Mereka berdoa untuk mendapatkan kegerakan rohani. “Jiwaku melekat kepada debu, hidupkanlah aku sesuai dengan firmanMu.” (Mazmur 119:25).

Mereka berdoa untuk hikmat dan pengertian. “Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titahMu, supaya aku merenungkan perbuatan - perbuatanMu yang ajaib.” (Mazmur 119:27).

Berdoa untuk mendapatkan kekuatan iman, supaya mampu menghadapi segala tantangan kehidupan yang membuat hati berdukacita.

"Jiwaku menangis karena duka hati, teguhkanlah aku sesuai dengan fimanMu.” (Mazmur 119:28). 

Mereka berdoa supaya jangan langkah hidup ini disesatkan oleh apapun. 

“Jauhkanlah jalan dusta dari padaku, dan . karuniakanlah aku TauratMu.” (Mazmur 119:29). 

Mereka berdoa supaya sukses dan bukan kegagalan yang didapat dalam meraih segala cita - cita. “Aku telah berpaut pada peringatan-peringatanMu, ya TUHAN, janganlah membuat aku malu.” (Mazmur 119:31). 

Mereka tidak saja berdoa bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain, bahkan mereka menggerakkan roda sejarah melalui doa. 

Sebagai contoh : Musa menyelamatkan bangsanya dari kehancuran melalui doa (Keluaran 32). 

Elia menghancurkan kesesatan Nabi-Nabi palsu melalui doa (1 Raja-raja18). 

Nehemia menyelamatkan bangsanya dari cela dan kesukaran melalui doa (Nehemia 1). 

Ester menyelamatkan bangsanya dari musuh yang hendak melenyapkan mereka melalui doa (Ester 4:15-17). 

Daniel meyakinkan bangsanya akan kelepasan mereka dari Babilonia melalui doa Daniel 9. 

Para tokoh Alkitab telah memberikan pelajaran berharga dengan prinsip - prinsip yang hebat mengenai doa

Mereka berdoa bagi orang - orang yang mengalami kesulitan meskipun kesulitan karena akibat dari melakukan dosa dan kejahatan.

Para nabi berdoa kepada TUHAN bukan memohon penghajaran, hukuman dan kutukan. Mereka berdoa memohon berkat, pemulihan dan anugerah walaupun mereka yang didoakan itu berdosa dan memberontak kepada Allah.

Para nabi berdoa dengan sungguh - sungguh dan rela membayar harga dengan berpuasa, berkabung dengan kain kabung dan abu di kepala. 

Mereka rela mempertaruhkan nyawa mereka asalkan doa mereka dijawab, mereka berdoa menurut kehendak Allah dan bukan menurut kehendak mereka sendiri. 

Mereka berdoa bagi kepentingan Allah dan kemuliaanNya, bukan untuk kemegahan diri. 

Mereka begitu yakin akan jawaban atas semua doa yang dipanjatkan kepada Allah. 

"Ya Allahku, arahkanlah telingaMu dan dengarlah, bukalah mataMu dan lihatlah kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan namaMu, sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapanMu bukan berdasarkan jasa - jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayangMu yang berlimpah - limpah.” (Daniel 9:18). 

Selain para nabi yang menjadi teladan doa, TUHAN Yesus Kristus adalah guru doa yang sejati. TUHAN Yesus hidup dalam suasana doa, Ia tekun dalam berdoa. “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, la bangun dan pergi ke luar. la pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” (Markus 1:35). 

la berdoa saat dibaptis, la berdoa saat menghadapi tantangan dan kesulitan.

 la berdoa saat Ia dicobai, Ia berdoa sebelum memilih muridmuridNya, Ia berdoa saat Ia dimuliakan di gunung Tabor, Ia berdoa sebelum la menyerahkan diriNya menjadi tebusan bagi dosa dunia dan la berdoa saat tergantung di kayu salib. KalimatNya yang terakhir sebelum Ia mati di kayu salib adalah kalimat doa. 

Murid-muridNya menyaksikan kehidupan doaNya, mereka menyadari Dialah Guru doa. KepadaNya mereka berkata : “,. Tuhan, ajarlah kami berdoa .” (Lukas 11:1). “ 

Gereja mula-mula adalah Gereja doa, gereja yang kesukaannya adalah berdoa, dan doa merupakan acara utama mereka. Perhatikan doa mereka setelah kelepasan para hamba TUHAN mereka dari penjara. “Sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang dikatakan para imam kepala dan tua-tua kepada mereka. Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: Ya TUHAN, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya.” (Kisah Para Rasul 4:23-24). 

Berbagai kesulitan dan masalah hidup yang mewarnai banyak gereja sekarang ini terjadi karena mereka kurang berdoa. 


Hikmat Dari Firman TUHAN

Alkitab adalah panduan hidup yang memberikan hikmat dan arahan. 

Dalam 2 Timotius 3:16-17, dinyatakan bahwa seluruh Kitab Suci diilhamkan oleh Allah dan berguna untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran. 

Ketika kita menghadapi kesulitan di dalam hidup ini, Firman TUHAN sering kali memberikan jawaban atau perspektif baru yang tidak kita pikirkan sebelumnya.

Misalnya, saat kita menghadapi konflik dengan orang lain, Firman TUHAN mengajarkan tentang pengampunan (Matius 6:14-15) dan kasih (1 Korintus 13). 

Dengan merenungkan Firman TUHAN, kita dapat menemukan jalan keluar yang sesuai dengan kehendak Allah.


Temukan Relationship Dalam Kerohanian Sebagai Pendukung

TUHAN juga sering memberikan solusi melalui orang - orang di sekitar kita, terutama komunitas Kristen. 

Dalam Galatia 6:2, kita diperintahkan untuk saling menanggung beban.
Komunitas Kristen, seperti keluarga gereja, dapat menjadi tempat di mana kita mendapatkan dukungan, nasihat, dan doa bersama.

Berbagi masalah dengan sesama saudara seiman membantu kita merasa didengar dan dikuatkan.

 TUHAN sering memakai orang lain untuk menjadi saluran berkat dan menjadi jawaban bagi banyak orang.


TUHAN Selalu Memberikan Jalan Keluar

Allah tidak pernah membiarkan umat-Nya terjebak tanpa jalan keluar. 

Dalam 1 Korintus 10:13, Paulus menulis, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami adalah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. 

Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

Ayat ini menegaskan bahwa setiap masalah yang kita hadapi pasti ada solusinya. 

TUHAN tahu batas kemampuan kita dan akan menyediakan jalan keluar yang terbaik.

Sebagai orang Kristen, kita percaya bahwa tidak ada masalah yang terlalu besar untuk TUHAN. 

Kuncinya adalah datang kepada-Nya dengan hati yang berserah, berdoa dengan iman, dan mencari hikmat melalui Firman TUHAN. 

Dalam setiap tantangan, TUHAN sedang bekerja untuk membentuk kita menjadi lebih kuat dan lebih bergantung kepada TUHAN.

Percayalah, dalam setiap kesulitan akan selalu ada kemudahan di dalam TUHAN. 

Apapun yang Anda hadapi hari ini, datanglah kepada TUHAN dengan penuh keyakinan, karena TUHAN adalah TUHAN yang setia dan selalu menyediakan jalan keluar bagi seluruh umat TUHAN.


Labels: ,