Friday, November 10, 2023

Akibat Dosa Bagi Kehidupan Manusia

Akibat Dosa Bagi Kehidupan Manusia



Permulaan dosa dengan segala akibatnya sudah ada di alam semesta ini sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Hadirnya penggoda berupa ular di Taman Eden dengan kata-kata manisnya sebagai pemicu timbulnya penderitaan sebagai konsekuensi akibat melanggar perintah Allah.
Dalam Kejadian 3 menceritakan jalannya peristiwa pencobaan, dan 1 Timotius 2:14 mengulas pencobaan itu (baca juga Yakobus 1:13-14). Serangan Iblis ditujukan terhadap keutuhan dan kebenaran Allah), baca juga Kejadian 3:4. Dan silat katanya yang meyakinkan Hawa ialah bahwa Hawa bersama suaminya akan menjadi sama seperti Allah, yakni akan mengenal yang baik dan yang jahat (baca Kejadian 35). Kepada keinginan durhaka inilah perhatian Hawa dipusatkan, dan secara khusus dalam tanggapannya terungkap bisikan, "Pohon itu menarik hati karena memberi pengertian', yang justru awal menuju aib dan kemurtadan dalam hati dan pikiran Hawa. Reaksi Hawa menunjukkan bahwa Iblis berhasil menjerat kepercayaan Hawa, dan bahwa Hawa membenarkan dakwaan Iblis terhadap kebenaran Allah. Reaksi itu juga menunjukkan bahwa Hawa ingin menjadi sama seperti Allah yang tahu apa yang baik dan tahu apa yang jahat. 

Jenis keinginan atau hawa nafsu itulah yang disorot untuk melacak asal mula dosa. Hawa memberikan tempat kepada Iblis yang hanya boleh diduduki Allah saja. Hawa menyetujui serangan Iblis yang bersifat paling menghujat atas kedaulatan Allah. Hawa menginginkan bagi dirinya hak hak khusus Allah. Dalam kesediaannya berbincang bincang dengan penggoda, dalam ketiadaan niatnya menolak atau melawan saran-saran penggodanya, dan dalam persetujuan yang secara diam diam terletak tahapan langkah - langkahnya yang ingin mendahului tindakannya untuk melanggar perintah TUHAN Allah tanpa menyadari bahwa dirinya sudah berada dalam jebakan iblis.



Akibat-akibat dosa 


Dosa Adam dan Hawa bukanlah peristiwa yg berdiri sendiri tanpa kaitan, segala akibat-akibatnya terhadap mereka, terhadap keturunannya dan terhadap dunia segera kelihatan sesaat setelah mereka melakukan pelanggaran perintah TUHAN Allah. 

a. Sikap manusia terhadap Allah 


Perubahan sikap Adam dan Hawa terhadap Allah menunjukkan pemberontakan yang terjadi dalam hati mereka. 'Bersembunyilah manusia dan istrinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman' (Kejadian 3:8), dan 'ditutupilah dirinya dengan cawat' (Kejadian 3:7). Padahal manusia diciptakan untuk hidup di hadapan Allah dan dalam persekutuan dengan Dia. Tapi sekarang setelah mereka jatuh ke dalam dosa mereka gentar berjumpa dengan Allah (bandingkan Yohanes 3:20). Rasa malu dan ketakutan yang sekarang merajai hati mereka (baca juga Kejadian 2:25, Kejadian 3:7 dan 10) menunjukkan bahwa perpecahan sudah terjadi. 

b. Sikap Allah terhadap manusia 


Perubahan tidak hanya terjadi pada sikap manusia terhadap Allah, tapi juga pada sikap Allah terhadap manusia. Hajaran, hukuman, kutukan dan pengusiran dari Taman Eden, semuanya ini menandakan perubahan itu. Dosa timbul pada satu pihak, tapi akibat-akibatnya melibatkan mereka dan keturunan - keturunannya. Dosa menimbulkan amarah dan kegusaran Allah, dan memang harus demikian sebab dosa bertentangan mutlak dengan hakikat Allah. Mustahil Allah masa bodoh terhadap dosa, karena mustahil pula Allah menyangkali diriNya sendiri.

c. Akibar-akibatnya terhadap umat manusia 


Sejarah umat manusia berikutnya melengkapi daftar kejahatan (Kejadian 4:8, 19, 23, 24, Kejadian 6:2, 3, 5). Dan timbunan kejahatan yang merajalela itu mencapai kesudahannya dalam pemusnahan umat manusia, kecuali 8 orang yang adalah nabi Nuh dan keluarganya(Kejadian 6:7,13, Kejadian 7:21-24), Kejatuhan manusia ke dalam dosa berakibat tetap dan menyeluruh, tidak hanya menimpa Adam dan Hawa, tapi juga menimpa segenap keturunan mereka, dalam ihwal dosa dan kejahatan terkandung solidaritas insani, yakni sama-sama langsung ikut dalam perbuatan dosa dengan segala akibatnya.


d. Akibat-akibatnya terhadap alam semesta 


Akibat-akibat dari kejatuhan ke dalam dosa meluas sampai ke alam semesta. 'Terkutuklah tanah ini karena engkau' (Kejadian 3:17, baca juga Roma 8:20). Manusia adalah mahkota dari seluruh ciptaan, dijadikan menurut gambar Allah, dan karena itu merupakan wakil Allah (Kejadian 1:26). Bencana kejatuhan manusia ke dalam dosa mendatangkan bencana laknat atas alam semesta, yang tadinya atasnya manusia telah dikaruniai kuasa. 
Dosa adalah peristiwa dalam kawasan rohani manusia, tapi akibatnya menimpa seluruh alam semesta. 

e. Munculnya maut 


Maut adalah rangkuman dari hukuman atas dosa. Inilah peringatan yang berkaitan dengan larangan di Taman Eden (Kejadian 2:17), dan merupakan pengejawantahan atau penjelmaan langsung kutuk ilahi atas orang berdosa (Kejadian 3:19). Maut sebagai gejala alamiah, ialah porandanya unsur-unsur kedirian manusia yang pada aslinya adalah utuh dan sejalin. Keporandaan ini melukiskan hakikat maut, yaitu keterpisahan, dan hal ini terungkap sejelas-jelasnya dalam terpisahnya manusia dari Allah, yang nyata pada pengusiran manusia dari Taman Eden. Oleh karena dosa, manusia gentar menghadapi kematian (Lukas 12:5, Ibrani 2:15). 

Tanggung jawab Atas Dosa


Karena dosa adalah sikap menentang Allah, maka Allah tak dapat membiarkan dosa tersebut, Allah bertindak melawannya. Dan tindakan-Nya yang khas adalah murka-Nya. Alkitab berulang kali menyebut murka Allah mendorong kita memperhitungkan kenyataan dan arti murka-Nya itu. Kitab Perjanjian Lama menggunakan beberapa istilah untuk murka. Istilah dalam bahasa Ibrani yang paling sering digunakan adalah 'af dalam arti marah, dan kharon 'af untuk mengungkapkan kehebatan murka Allah (baca juga beberapa  surat kitab berikut ini, seperti dalam surat Keluaran 4:14, Keluaran 32:12, Bilangan 11:10, Bilangan 22:22, Yosua 7:15, Ayub 42:7, Mazmur 21:9, Yesaya 10:5, Nahum 1:6, Zefanya 2:2). Kata murka juga berulang-ulang digunakan (bandingkan dengan Ulangan 29:23, Mazmur 6:2, Mazmur 79:6, Mazmur 90:7, Yeremia 7:20, Nahum 1:2),  (baca juga Mazmur 78:49, Yesaya 9:19, Yesaya 10:6,  Yehezkiel 7:19, Hosea 5:10) dan gersef atau kepanasan murka Allah(baca di kitab Ulangan 29:28, Mazmur 38:1, Yeremia 32:37, Yeremia 50:13, Zakharia 1:2) cukup sering dipakai dan perlu disebut, demikian juga za'am yang melahirkan perasaan geram(baca di surat Mazmur 38:4, Mazmur 69: 25, Mazmur 78:50, Yesaya 10:5, Yehezkiel 22:31, Nahum 1:6). 

Dari ayat - ayat Alkitab  tadi jelas kelihatan bahwa dalam kitab Perjanjian Lama banyak ayat yang menulis mengenai murka Allah. Sering beberapa istilah sama-sama tampil dalam satu ayat untuk menguatkan dan meneguhkan pikiran yang dilukiskannya. Istilah-istilah itu sendiri mengandung kehebatan pada dirinya dan dalam susunan kalimat di mana kata-kata itu dipakai, untuk mengungkapkan ketidaksenangan yang membara dalam rasa murka yang menyala-nyala. 

Istilah-istilah Yunaninya ialah orge dan thymos. Yang pertama kerap kali bertalian dengan murka Allah dalam Perjanjian Baru (Yohanes 3:36, Roma 1:18, Roma 2:5,8, Roma 3:5, Roma 5:9, Roma:22, Efesus 2:3, Efesus 5:6, 1 Tesalonika 1:10, Ibrani 3:11, Wahyu 6:17) dan yang terakhir agak jarang (baca juga Roma 2:8,  Wahyu 14:10, 19, Wahyu 16:1,19, Wahyu 19:15). 

Karena itu murka Allah adalah suatu kenyataan yang sungguh, dan bahasa serta ajaran Alkitab mengukirkan ke dalam hati kita kesungguhan tersebut yang menjadi ciri khasnya. Ada tiga hal pokok yang perlu diketahui. Pertama, murka Allah janganlah diartikan dalam bentuk dan sifat kemarahan yang kalap tidak menentu, seperti lazimnya kemarahan manusia. Murka Allah adalah rasa tidak senang atas dasar pertimbangan yang benar-benar matang dan tegas yang dituntut oleh kekudusan TUHAN Allah.

Kendati dosa adalah ihwal yang sangat menyedihkan, namun Alkitab menawarkan pengharapan dan optimisme menghadapinya. Inti berita Alkitab adalah prakarsa besar Allah untuk mengalahkan dan mengatasi dosa, yaitu rencana Allah menyelamatkan manusia yang berpusat pada TUHAN Yesus Kristus, Anak Yang Kekal, Juruselamat manusia. Dosa dikalahkan oleh karya Kristus, kelahiran-Nya yang ajaib dan heran, hidup-Nya yang taat kepada Allah secara sempurna, khususnya kematian-Nya di kayu salib, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya ke sorga di sebelah kanan Bapa, kerajaan-Nya atas sejarah umat manusia dan kedatangan-Nya yang kedua kali dengan penuh kemuliaan. Kuasa rampasan dosa sudah dibinasakan, kedok siasat najisnya dibuka dan dibuang, akibat-akibat buruk dari kejatuhan Adam dibungkamkan, sehingga kehormatan dan kebesaran Allah dibenarkan dan dikukuhkan, kekudusan-Nya dimantapkan, dan kemuliaan-Nya berjaya luas. Itulah amanat  agung akbar Alkitab,  "Allah dalam Kristus telah menaklukkan dosa” Dampak penaklukan itu terungkap dalam kehidupan umat Allah, yaitu orang-orang yang oleh iman kepada Yesus Kristus dan karya penyelamatan-Nya yang tuntas sempurna, dibebaskan dari kesalahan dan hukuman dosa. Dan mereka mengalami penaklukan kuasa dosa melalui kesatuan mereka dengan Kristus. Proses pengalaman ini akan mencapai puncaknya pada zaman akhir, pada waktu Kristus dalam kemuliaan-Nya datang untuk kedua kalinya. Pada waktu itu pula umat Allah akan dikuduskan secara sempurna, dosa akan dienyahkan dari ciptaan Allah, dan sorga serta bumi baru akan terwujud di mana kebenaran diberlakukan. (Lihat Kejadian 3:15, Yesaya 52:13, Yeremia 31:31-34, Matius 1:21, Markus 2:5, Markus 10:45: Lukas 2:11, Lukas 11:12-22, Yohanes 1:29, Yohanes 3:16, Kisah Para Rasul 2:38, Kisah Para Rasul 13:38, 1 Korintus 15:3 1 Korintus 22, Efesus 1:13-14, Efesus 2:1-10, Kolose 2:11-15, Ibrani 8, Ibrani 10:25, 1 Petrus 1:18-21, 2 Petrus 3:11-13, 1 Yohanes 1:6-2:2, Wahyu 20:7-14, Wahyu 21) .


Melawan Dosa Sama Dengan Melawan Iblis

Melawan dosa adalah tema renungan yang sering muncul dalam pengajaran agama Kristen.
Iblis sering dilihat sebagai simbol dari dosa, godaan, kejahatan, atau kekuatan destruktif yang menghalangi manusia untuk menjalani kehidupan yang benar dan damai. Berikut ini adalah beberapa cara untuk melawan iblis, baik secara dogmatis maupun secara praktis :

1. Menguatkan Iman dan Keyakinan

Iblis sering menyerang pikiran umat Kristen melalui keraguan dan kelemahan iman. Oleh karena itu, penting untuk kita :

Beribadah secara rutin : Mengikuti jadwal ibadah, melakukan penyembahan, renungan keluarga di rumah masing - masing, dan berdoa.

Memperdalam pengetahuan agama : Pelajari Alkitab untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang benar dan salah.

Berserah diri kepada TUHAN : Yakini bahwa kekuatan TUHAN lebih besar dari godaan apa pun.

2. Menghindari Godaan

Iblis bekerja melalui godaan yang sering kali muncul dalam bentuk keinginan duniawi atau hawa nafsu.

Untuk melawannya diperlukan :

Identifikasi kelemahan diri : Kenali apa yang sering membuat Anda jatuh ke dalam dosa.

Jauhi lingkungan yang buruk : Hindari tempat atau situasi yang memicu godaan.

Gantilah dengan aktivitas positif : Lakukan kegiatan yang membangun, seperti olahraga, membaca, atau kegiatan sosial.

3. Memohon Perlindungan TUHAN

Semua denomunasi gereja yang ada di Indonesia mengajarkan dan menekankan umat TUHAN untuk berdoa dan membaca Alkitab tertentu untuk melindungi diri dari iblis.

Sedekah : Memberikan bantuan kepada yang membutuhkan dapat menguatkan jiwa.

Bersikap jujur : Hindari kebohongan atau tipu daya, karena itu sering menjadi pintu masuk iblis.

Jaga emosi : Kendalikan amarah, iri hati, dan dendam.


5. Bersikap Tegas Melawan Bisikan Negatif

Iblis sering kali bekerja melalui pikiran negatif. Anda bisa melawannya dengan :

Berpikir positif : Lawan rasa takut, ragu, atau putus asa dengan keyakinan dan harapan.

Meditasi atau refleksi : Tenangkan pikiran untuk membedakan mana suara hati dan mana godaan.

Tegas pada diri sendiri : Jangan beri ruang untuk kompromi terhadap hal-hal yang melanggar prinsip moral.


6. Membangun Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan yang sehat membantu Anda terhindar dari pengaruh iblis.

Berteman dengan orang baik : Teman yang saleh akan membantu Anda tetap berada di jalan yang benar.

Ikut komunitas agama atau sosial : Bergabung dengan kelompok yang memiliki visi kebaikan.

7. Mengingat Konsekuensi Akhir

Godaan sering kali terlihat menggiurkan, tetapi penting untuk merenungkan akibat jangka panjangnya. Iblis ingin manusia terjebak dalam dosa yang membawa penderitaan di dunia dan akhirat. Ingatlah:

Kehilangan kedamaian batin : Dosa sering membuat hati gelisah.

Hukuman di akhir zaman : Dosa memiliki konsekuensi serius di kehidupan setelah mati.

Melawan Dosa dan Hidup dalam Kebenaran

Setiap manusia pernah bergumul dengan dosa. Baik dosa yang terlihat jelas, maupun dosa yang tersembunyi dalam pikiran dan hati. Namun, sebagai orang yang percaya kepada TUHAN, kita dipanggil untuk hidup kudus, menjauh dari dosa, dan berjalan dalam terang-Nya. Bagaimana kita bisa melawan dosa dalam kehidupan sehari-hari? Berikut ini renungan untuk membantu kita merenungkan langkah-langkah praktis dalam melawan dosa.

1. Mengenali Dosa dengan Jujur

Langkah pertama untuk melawan dosa adalah mengenalinya. Banyak orang jatuh dalam dosa karena mengabaikannya atau tidak mau mengakuinya. Dalam Mazmur 139:23-24, Daud berdoa, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal.” Renungan ini mengajarkan kita untuk meminta Allah menyelidiki hati kita, agar kita sadar akan dosa-dosa yang mungkin tersembunyi.

2. Membangun Hubungan yang Dekat dengan TUHAN 

Semakin dekat hubungan kita dengan TUHAN, semakin besar kekuatan kita untuk melawan dosa. Yohanes 15:5 berkata, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” Melalui doa, membaca firman, dan bersekutu dengan sesama, kita mendapatkan kekuatan rohani untuk melawan godaan.

3. Mengandalkan Roh Kudus

Melawan dosa tidak dapat dilakukan hanya dengan kekuatan manusia. Roh Kudus adalah penolong yang diberikan Allah untuk membimbing, menegur, dan menguatkan kita. Dalam Galatia 5:16, Paulus berkata, “Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.” Oleh karena itu, penting bagi kita untuk meminta pimpinan Roh Kudus setiap hari.

4. Membangun Disiplin Rohani

Dosa sering kali masuk melalui kebiasaan kecil yang dibiarkan. Oleh sebab itu, penting untuk memiliki disiplin rohani seperti waktu doa, membaca Alkitab, berpuasa, dan merenungkan firman TUHAN. Disiplin ini memperkuat iman kita sehingga kita lebih tangguh dalam melawan dosa.

5. Menghindari Godaan

Kadang-kadang cara terbaik melawan dosa adalah menjauhi godaan. Dalam 1 Korintus 10:13, kita diajarkan bahwa Allah selalu menyediakan jalan keluar dari setiap pencobaan. Salah satu langkah praktis adalah mengenali apa yang menjadi kelemahan kita dan menjauhinya. Jika godaan berasal dari pergaulan, kebiasaan buruk, atau situasi tertentu, kita harus mengambil keputusan tegas untuk menghindarinya.

6. Pengakuan dan Pertobatan

Ketika kita jatuh dalam dosa, jangan menunda untuk mengakuinya kepada TUHAN dan bertobat. 1 Yohanes 1:9 berkata, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” TUHAN selalu siap menerima kita kembali jika kita datang dengan hati yang tulus.

7. Berjuang Bersama Komunitas

Kita tidak diciptakan untuk hidup sendiri, termasuk dalam perjuangan melawan dosa. Komunitas orang percaya dapat menjadi tempat untuk saling menguatkan dan mendukung. Yakobus 5:16 mengatakan, “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.”

Doa untuk Melawan Dosa

Sebagai penutup renungan ini, marilah kita merenungkan pentingnya doa dalam perjuangan melawan dosa. Doa bukan hanya sarana untuk meminta kekuatan, tetapi juga cara untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan TUHAN. Ketika kita berserah sepenuhnya melalui doa, hati kita diperbarui dan dipenuhi oleh damai sejahtera-Nya. Berikut adalah contoh doa yang dapat menjadi panduan :

“Ya TUHAN yang Maha Kudus, aku datang ke hadapan-Mu dengan hati yang penuh kerendahan. Aku mengakui bahwa aku sering jatuh dalam dosa dan tidak mampu melawan dengan kekuatanku sendiri. Ampunilah aku, ya Bapa, dan sucikanlah hatiku.
Berikanlah aku kekuatan melalui Roh Kudus-Mu agar aku dapat menolak setiap godaan yang menjauhkan aku dari-Mu. Pimpinlah langkah-langkahku agar aku dapat hidup dalam kebenaran dan mencerminkan kasih-Mu kepada orang lain.
Ajari aku untuk terus bersandar kepada-Mu dan tidak menyerah dalam perjuangan ini. Terima kasih untuk pengampunan dan kasih karunia-Mu yang tidak berkesudahan. Dalam nama Yesus Kristus aku berdoa. Amin.”

Menghidupi Kemenangan atas Dosa

Setelah kita berdoa dan berkomitmen melawan dosa, penting untuk menghidupi kemenangan yang telah diberikan TUHAN. Ingatlah bahwa Yesus telah mengalahkan kuasa dosa melalui kebangkitan-Nya. Roma 6:14 berkata, “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.”

Jadikan firman TUHAN sebagai pedoman hidup, dan ingatlah bahwa setiap langkah kecil dalam ketaatan adalah sebuah kemenangan besar di mata TUHAN. Meskipun mungkin ada saat-saat ketika kita gagal, janganlah berputus asa. TUHAN selalu menyediakan kesempatan baru bagi kita untuk bangkit dan terus berjalan dalam kasih-Nya.

Semoga renungan ini menguatkan iman Anda dan memberikan pengharapan baru dalam perjuangan melawan dosa. Hidup ini adalah sebuah perjalanan iman, dan bersama TUHAN, kita dapat melangkah dengan penuh keyakinan. TUHAN menyertai Anda selalu.


Pengharapan dalam Kristus

Melawan dosa adalah perjalanan seumur hidup, tetapi kita memiliki pengharapan di dalam Kristus. Kemenangan melawan dosa bukanlah hasil usaha kita semata, tetapi merupakan anugerah Allah melalui karya Yesus di kayu salib. Ketika kita merasa lemah, ingatlah firman TUHAN dalam 2 Korintus 12:9, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”

Melawan iblis membutuhkan kesadaran, keteguhan, dan upaya terus-menerus. Dengan memperkuat iman, menjauhi godaan, dan memohon perlindungan TUHAN kita dapat menang dalam pertempuran melawan kejahatan. Ingatlah bahwa iblis hanya dapat menguasai jika kita memberi izin. Tetaplah dekat dengan TUHAN, dan kebaikan akan selalu menang.


Ayub 1:6-9

Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis. Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi." Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? (Ayub 1:6 -9)

Ayub 1:12

Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN. 

Ayub 2:1-7

Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap TUHAN. Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi." Firman TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan." Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu." Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya." Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya. 

Mungkin banyak pembaca Kristen Punya pandangan bahwa judul postingan Kristen Punya kali ini terlalu ekstrime kata ada sebelum Iblis menjemput pada judul artikel. Mungkin ada yang menganggap judulnya menyeramkan seperti judul film horor Sebelum Iblis Menjemput 

Tahukah saudara bahwa iblis juga bisa membuat hal - hal yang supranatural, hal - hal yang membuat orang menjadi heran dan kagum? 

Iblis merupakan nama penguasa dunia kejahatan. Dalam bahasa Ibrani biasanya menggunakan kata ' satan ', dalam bahasa Yunani menggunakan ' satanas ' arti dasarnya 'lawan'. Dalam kitab Ayub menceritakan iblis muncul di hadirat TUHAN di antara ' anak-anak TUHAN '. Acuan dalqm surat atau kitab Perjanjian Lama mengenai iblis jarang sekali, tapi iblis terus-menerus terlibat dalam kegiatan-kegiatan melawan kepentingan manusia. Ia membujuk Daud untuk menghitung rakyatnya.

1 Tawarikh 21:1

Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel. 

Ia berdiri di sebelah kanan Yosua, imam agung, dan 'mendakwa' Yosua, sehingga menimbulkan amarah TUHAN.

Zakharia 3:1-2 :

Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia.Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: "TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?"

Pemazmur menganggap adalah bencana jika Iblis berdiri di sebelah kanan seseorang (Mazmur 109:6, dalam Alkitab Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari menggunakan kata 'pendakwa'). 

Yohanes berkata bahwa 'Iblis berbuat dosa dari mulanya' (1 Yohanes 3:8), dan acuan surat - surat dalam Perjanjian Lama mengenai Iblis mendukung hal ini. 

Kebanyakan dari informasi tentang Iblis sumbernya adalah Perjanjian Baru, di mana makhluk jahat yang teramat mengerikan ini disebut Satanas atau ho diabolos tanpa perbedaan arti, dan dalam hal-hal tertentu juga disebut Beelzebul (atau Beelzeboul, atau Beezeboul, Matius 10:25, Matius 12:24 dan 27). Ungkapan - ungkapan lainnya seperti ' penguasa dunia' (Yohanes 14:30) atau 'penguasa kerajaan angkasa' (Efesus 2:2) juga digunakan. Iblis selalu dilukiskan sebagai pribadi roh yang melawan Allah, dan bekerja untuk menggagalkan maksud - maksud Allah. 

Matius dan Lukas menceritakan, bahwa Yesus pada awal pekerjaan-Nya mengalami pencobaan berat, ketika Iblis mencobai Dia supaya melaksanakan tugas-Nya dengan semangat yang keliru (Matius 4, Lukas 4 dan Markus 1:13). Setelah itu Iblis meninggalkan-Nya 'untuk sementara', yang berarti bahwa pertarungan itu kemudian diulangi lagi. Hal ini jelas pada pernyataan bahwa 'Ia sama dengan kita, Ia telah dicobai' (Ibrani 4:15). Konflik tersebut bukan kebetulan. Sebab maksud kedatangan Yesus ke dunia dinyatakan sebagai 'membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis' (1 Yohanes 3:8, lihat juga Ibrani 2:14). Di mana-mana Perjanjian Baru melihat konflik besar antara kekuatan Allah dan kebaikan di satu pihak, melawan kejahatan di bawah pimpinan Iblis di pihak lain. Hal ini bukanlah pikiran satu atau dua penulis saja, melainkan umum dan mendasar. 

Tak dapat diragukan betapa hebat dan sengitnya konflik itu. Untuk menekankan kengeriannya, Petrus menggambarkan Iblis "berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum - aum dan mencari orang yang dapat ditelannya' (1 Petrus 5:8). Rasul Paulus lebih memikirkan kelicikan si jahat dengan menyatakan "Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang' (2 Korintus 11:14), sehingga tidak mengherankan bila antek - anteknya nampak sangat meyakinkan dalam penyamaran mereka. Orang-orang Efesus dinasihati agar bisa 'mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis' (Efesus 6:11), dan ada beberapa acuan tentang Jerat Iblis" (1 Timotius 3:7 dan 2 Timotius 2:26). Ayat - ayat seperti itu menekankan bahwa orang Kristen (dan bahkan penghulu malaikat, Yudas 9) terus terlibat dalam pertarungan yang tak henti hentinya tanpa iba yang penuh kelicikan.

Orang Kristen tidak dapat mengundurkan diri dari pertarungan itu. Juga tidak dapat menganggap bahwa kejahatan selalu kelihatan sebagai kejahatan, karena kejahatan bisa saja menyamar menjadi kebaikan namun motifnya adalah kejahatan. Diperlukan kepintaran, keuletan, kegigihan dan keberanian, dan hikmat dari TUHAN, berdoalah kepada TUHAN dengan meminta tuntunanNya. Selanjutnya yakinkan kepada dirimu sendiri bahwa perlawanan yang kuat terhadap Iblis akan selalu berhasil. Paulus menasihati kita semua umat Kristen agar melawan Iblis "dengan iman yang teguh' (1 Petrus 5:9), dan Yakobus berkata, 'lawanlah Iblis, maka ia akar: lari dari padamu' (Yakobus 4:7).


Yakobus 4:7-8

Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati.

Paulus menasihatkan agar jangan ' memberi kesempatan kepada Iblis ' (Efesus 4:27), dan dampak dari mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah ialah, orang percaya dapat melawan apa pun serangan si jahat (Efesus 6:11, 13). Paulus meletakkan kepercayaannya pada kesetiaan Allah. "Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar” (1 Korintus 10:13). Rasul Paulus sadar betul akan kecerdikan Iblis dan yang selalu berusaha untuk memperoleh keuntungan atas kita. Tapi Paulus menambahkan 'kita tahu apa maksudnya” (atau seperti yang dapat diterjemahkan, ' aku sadar akan siasat-siasatnya ', 2 Korintus 2:11). 

2 Korintus 2:9-11

Sebab justru itulah maksudnya aku menulis surat kepada kamu, yaitu untuk menguji kamu, apakah kamu taat dalam segala sesuatu.Sebab barangsiapa yang kamu ampuni kesalahannya, aku mengampuninya juga. Sebab jika aku mengampuni, -- seandainya ada yang harus kuampuni --, maka hal itu kubuat oleh karena kamu di hadapan Kristus, supaya Iblis jangan beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya. 

Iblis selalu melawan Injil, sebagaimana nampak di sepanjang pelayanan Kristus. Iblis bekerja melalui pengikut-pengikut Yesus, seperti Petrus ketika menolak gagasan tentang salib dan ditegur keras, 'Enyahlah Iblis' (Matius 16:23), Iblis mempunyai rencana selanjutnya terhadap Petrus, tapi TUHAN Yesus berdoa untuknya (Lukas 22:31 dan ayat berikutnya). Iblis bekerja juga dalam musuh - musuh Yesus. Justru Yesus menyatakan kepada musuh - musuhNya itu bahwa 'Iblislah yang menjadi bapakmu' (Yohanes 8:44). Semua pertentangan itu mencapai puncaknya pada masa sengsara Yesus. Pekerjaan Yudas dinyatakan sebagai kegiatan si jahat. Iblis "masuk ke dalam' Yudas (Lukas 22:3, Yohanes 13:27). Iblis "membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia' (Yohanes 13:2). Dengan salib menanti di depan Yesus berkata 'penguasa dunia ini datang' (Yohanes 14:30). 

Iblis terus-menerus menggodai manusia (1 Korintus 7:5), Alkitab melaporkan bahwa Iblis bekerja dalam diri seorang percaya, Ananias ('mengapa hatimu dikuasai Iblis ...?', Kisah Para Rasul 5:3), dan dalam ihwal Elimas terang-terangan membelokkan jalan TUHAN ('hai anak Iblis ... engkau musuh segala kebenaran," Kisah Para Rasul 13:10). Prinsip umum diberikan dalam 1 Yohanes 3:8, "barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis.” 

Orang dapat begitu saja menyerahkan dirinya kepada Iblis sehingga ia menjadi milik Iblis, menjadi 'anak - anaknya' (1 Yohanes 3:10). Karena itulah Alkitab berbicara tentang 'jemaah Iblis' (Wahyu 2:9, Wahyu 3:9), dan tentang orang yang diam 'di tempat takhta Iblis' (Wahyu 2:13). Iblis menghalang - halangi pekerjaan para pemberita Injil (1 Tesalonika 2:18). Ia merampas benih unggul yang ditaburkan di dalam hati manusia (Markus 4:15). Ia menyebarkan 'anak - anak si jahat' di ladang, yaitu dunia (Matius 13:38). Kegiatan Iblis dapat berakibat fatal atas jasmani manusia (Lukas 13:16). Ia selalu dilukiskan mempunyai banyak akal dan terus aktif. 

Marilah kita terus berjuang melawan iblis dengan kekuatan dari TUHAN, hidup dalam kebenaran, dan menjadi terang bagi dunia ini. TUHAN memberkati.

Labels:

Thursday, November 02, 2023

Renungan Tentang Hari Pentakosta

Renungan Tentang Hari Pentakosta






Pengertian Hari Pentakosta 


Apa itu Pentakosta dalam Alkitab? 
Kebanyakan orang mengaitkannya dengan Perjanjian Baru: hari ketika Allah mencurahkan Roh Kudus-Nya atas jemaat Yerusalem di Ruang Atas, yang memampukan murid - murid-Nya melakukan tindakan - tindakan luar biasa, seperti penyembuhan, berbicara dalam bahasa roh, bernubuat, dan berkhotbah dengan inspirasi sebagaimana yang diceritakan dalam Kisah Para Rasul 2:1-13.

Berdasarkan kamus Alkitab yang ditulis dalam Alkitab setelah kitab Wahyu menyatakan bahwa hari Pentakosta adalah perayaan pengucapan syukur bagi Israel atas hasil panen gandum.

Hari Pentakosta dirayakan tujuh minggu setelah hari Paskah ( bahasa Yunani Pentakosta berarti: kelima puluh ).

Oleh sebab itu hari Pentakosta dikenal juga dengan nama " hari raya tujuh minggu " sebagaimana yang ditulis Alkitab dalam kitab Ulangan 16:10.

Berikut ini isi dari kitab Ulangan 16:10 :

Kemudian haruslah engkau merayakan hari raya Tujuh Minggu bagi TUHAN, Allahmu, sekedar persembahan sukarela yang akan kauberikan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. 

Namun dalam Perjanjian Baru pengertian Pentakosta adalah hari turunnya Roh Kudus.

Orang Kristen modern juga menyebutnya dengan istilah Hari Kelima Puluh dengan sistem perhitungan hari pertama kebangkitan TUHAN Yesus dari maut dan menampakkan diri sampai 40 hari yang dikenal dengan Hari Kenaikan Isa Almasih. Selanjutnya setelah kenaikan Yesus Kristus ada 10 hari penantian Pencurahan Roh Kudus hingga tiba hari kelimapuluh yang selalu jatuh tepat pada hari minggu.

Itu sebabnya banyak denominasi gereja di Indonesia khususnya yang beraliran Pentakosta selalu merayakan Hari Pentakosta di hari kesepuluh setelah Hari Kenaikan Isa Almasih. 


LATAR BELAKANG HARI PENTAKOSTA 


Hari Pentakosta Dalam Perjanjian Lama


Imamat 23:16

sampai pada hari sesudah sabat yang ketujuh kamu harus hitung lima puluh hari; lalu kamu harus mempersembahkan korban sajian yang baru kepada TUHAN. 


Penggunaan kata  "lima puluh hari' menunjuk kepada jumlah hari, terhitung dari hari pertama saat memberikan persembahan berkas jelai pada permulaan hari raya Paskah. 

Pada hari 50 dirayakanlah Hari Raya Pentakosta. 

Karena 50 hari atau hari tujuh minggu disebut dengan istilah khag syavu 'ot, atau ' Hari Raya Tujuh Minggu ' (Keluaran 34:22, Ulangan 16:10). Hari itu menandakan selesainya menuai jelai yang dihitung mulai dari sejak pertama kalinya menyabit gandum (Ulangan 16:9), dan waktu imam mengunjukkan berkas tuaian itu 'pada hari sesudah sabat itu' (Imamat 23:11). 

Hari itu disebut juga khag haggatsir, "hari raya menuai', dan yom habbikkurim, 'hari buah bungaran' (Keluaran 23:16, Bilangan 28:26). 

Hari raya itu tidak dirayakan hanya pada zaman Pentateukh, karena perayaannya diberitakan juga pada zaman Salomo (2 Tawarikh 8:13), sebagai hari raya kedua dari ketiga pesta tahunan (baca juga kitab Ulangan 16:16). 


Hari raya itu diumumkan sebagai hari 'pertemuan kudus”, yang padanya tidak boleh dilakukan pekerjaan berat, dan semua laki-laki Israel harus hadir di tempat kudus (Imamat 23: 21). 

Dua buah roti bakar, yang dibuat dari tepung halus yang baru dan beragi, diunjukkan oleh imam di hadapan Allah, pada saat imam mempersembahkan korban - korban binatang untuk menghapus dosa dan memperoleh keselamatan (Imamat 23: 17-20). 

Sebagai hari sukaria (Ulangan 16:15), pada hari itu orang Israel saleh mengungkapkan rasa terima kasihnya karena berkat tuaian gandum dan sekaligus menyatakan rasa takut dan hormat kepada TUHAN (Yeremia 5:24). 

Semuanya merupakan ucapan syukur dan rasa takut serta hormat dari bangsa yang sudah ditebus, sebab upacara demikian bukanlah tanpa korban penghapus dosa dan korban keselamatan. 

Dan lagi pula hari itu adalah hari peringatan akan kelepasan dari tanah perbudakan di Mesir (Ulangan 16:12) sebagai umat perjanjian Allah (Imamat 23:22). 

Dasar bagi diterimanya persembahan itu mengdalilkan penghapusan dosa dan pendamaian dengan Allah. 

Hari Raya Pentakosta dipandang sebagai hari peringatan akan pemberian hukum Taurat di Sinai (Jubileum 1:1 dan pasal 6:17). 


Golongan Saduki merayakannya pada hari kelima puluh dihitung mulai hari Minggu pertama sesudah hari raya Paskah (dengan mengambil 'hari sabat' sesuai Imamat 23:15 menjadi sabat mingguan). 

Perhitungan itu mengatur perayaan umum selama Bait Suci masih ada, justru gereja Kristen memperingati Hari Raya Pentakosta Kristen pertama pada suatu hari Minggu. 

Namun golongan Farisi mengartikan 'hari sabat' berdasarkan Imamat 23:15 sebagai Hari Raya Roti Tidak Beragi (baca di kitab Imamat 23:6), dan perhitungan mereka menjadi patokan dalam Yudaisme sesudah tahun 70 Masehi.

Sehingga dalam kalender Yahudi hari Pentakosta sekarang jatuh pada hari yang berbeda - beda dalam minggu tertentu. 




Hari Pentakosta Dalam Perjanjian Baru 


Pentakosta dalam Perjanjian Baru Pentakosta disebut 3 kali, yaitu Kisah Para Rasul 2:1, Kisah Para Rasul 20:16 dan 1 Korintus 16:8 (bahasa Yunani: ten hemeran tes pentekostes). Pada hari ini, sesudah kebangkitan dan kenaikan Kristus (sekitar tahun 30 Masehi), murid - murid berkumpul di rumah di Yerusalem, dan mendapatkan tanda - tanda dari sorga. 

Roh Kudus turun kepada mereka, dan mengaruniakan hidup baru, kekuasaan baru dan berkat yang diterangkan Petrus sebagai penggenapan nubuat nabi Yoel. 

Dalam kitab Kisah Para Rasul 20:16 rasul Paulus tidak mau membuang waktu di Asia, lalu buru-buru supaya berada di Yerusalem menjelang hari Pentakosta (sekitar tahun 57 Masehi).

Sementara dalam kitab 1 Korintus 16:8 rasul Paulus bermaksud tinggal di Efesus sampai Pentakosta (sekitar tahun 54 atau 55 Masehi), sebab terbuka lebar baginya pintu untuk melakukan tugas pengInjilannya. 

Ketika hari Pentakosta tiba, mereka semua berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah tempat mereka duduk.
Dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan Roh itu kepada mereka untuk diucapkan.


Yesus telah berjanji kepada murid-murid-Nya sebuah “ baptisan Roh Kudus ” ( Kisah Para Rasul 1:5 dan 8 ), bahwa TUHAN Yesus akan mengutus kepada mereka Seorang “ Penolong ” yang akan “ mengajarkan segala sesuatu ” ( Yohanes 14:26 ), dan bahwa Ia tidak akan meninggalkan murid-murid-Nya “ sebagai yatim piatu ” ( Yohanes 14:18 ).
Hari itu, ketika sekitar 120 murid berkumpul di sebuah ruangan di Yerusalem, janji - janji tersebut digenapi.


Namun, Kisah Para Rasul 2 bukanlah perayaan Pentakosta yang pertama. Pentakosta pertama itu terjadi pada hari raya Yahudi kuno yang dikenal sebagai Hari Raya Tujuh Minggu.

Memahami perayaan ini dan inisiasi TUHAN atas perayaan ini dalam Perjanjian Lama membantu kita memahami keagungan apa yang terjadi pada hari ketika Roh Kudus turun ke atas semua pengikutNya.


Asal Kata Dan Makna Hari Pentakosta 


Penggunaan kata Pentakosta memang hanya tiga kali ditulis dalam Alkitab yakni di Kisah Para Rasul 2:1, dalam Kisah Para Rasul 20:16 dan 1 Korintus 16:8.
Untuk dapat mengambil makna hari Pentakosta maka perlu kita memahami apa yang ditulis dalam Kisah Para Rasul 1:6-11 berikut ini.
Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: “TUHAN, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Jawab-Nya: “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. 
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. 
Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: “Hai orang - orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? 
Yesus ini, yang terangkat ke 
sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” ( Kisah Para Rasul 1:6-11 ).

Hari Minggu, 08 Juni 2025 seluruh umat Kristen khususnya yang beraliran karismatik merayakan Hari Pentakosta atau Hari Pencurahan Roh Kudus, sebagian kalangan umat Kristen menyebut dengan Hari Kelima Puluh.
Kristen Punya ingin mengajak kita semua untuk merenungkan arti keberadaan Roh Kudus di dalam kehidupan kita sehari  - hari. 
Coba kita bayangkan sejenak saat - saat atau moment ketika TUHAN Yesus sudah disalibkan di Golgata, saya dan Anda semua yakin ketika TUHAN Yesus mati, iblis bersukacita karena mengira bahwa TUHAN Yesus akan mati selamanya. 
Tetapi Puji TUHAN, pada hari yang ketiga TUHAN Yesus bangkit dari alam kubur sesuai dengan apa yang dinubuatkan kepada murid - muridNya. 
Dan selama 40 hari sebelum naik ke sorga, Dia berulang. menampakkan diri kepada murid - muridNya. 
Satu hal yang harus kita percaya, yaitu TUHAN Yesus bangkit dan Dia hidup selama-lamanya, itulah salah satu dasar yang harus orang - orang Kristen punya sebagai bentuk iman dan percayanya kepada TUHAN Yesus Kristus. 
Seandainya TUHAN Yesus tidak bangkit, maka apa yang terjadi? Maka terjadilah seperti apa yang Alkitab katakan pada 1 Korintus 15: 17: Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. 
Tetapi Puji Tuhan, karena TUHAN Yesus bangkit maka kepercayaan kita kepada-Nya tidaklah sia - sia, kita akan mendapatkan hidup kekal selama - lamanya, Amin

Demikian juga orang - orang yang mati dalam Kristus ( 1 Korintus 15:1 ).
“Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang - orang yang paling malang dari segala manusia.” (1 Korintus 15:19). Kebangkitan TUHAN Yesus memberi arti kepada kita bahwa kita bukanlah orang-orang yang paling malang, justru adalah orang-orang yang paling beruntung dari segala manusia. 

Setelah 40 hari TUHAN Yesus berulang - ulang menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, TUHAN Yesus mengumpulkan mereka di bukit Zaitun. Di sana Dia memberikan pesan yang terakhir kepada mereka: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Para Rasul 1:6). 

Setelah berkata demikian TUHAN Yesus mulai terangkat ke sorga. Murid-muridNya takjub dan heran melihat langsung TUHAN Yesus naik ke langit, dan kemudian mulai ditutupi awan lalu hilang dari pandangan mata mereka. 
Sementara murid - muridNya terus menatap ke langit, tiba - tiba ada dua orang yang berpakaian putih yaitu malaikat TUHAN yang berkata kepada mereka: “.. Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” (Kisah Para Rasul 1:11). 
Ayat ini membuat Kristen Punya sangat yakin bahwa kalau yang melihat TUHAN Yesus naik ke sorga adalah murid - muridNya, maka kelak yang akan melihat TUHAN Yesus Kristus turun dari sorga adalah juga murid-murid-Nya. 
Sebagaimana yang malaikat katakan : Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” (Kisah Para Rasul 1:11). 
Kalau Dia datang kedua kalinya untuk mengangkat kita gereja-Nya, maka yang diangkat hanya murid-murid-Nya. 
Semua umat Kristen harus berjaga - jaga dan bersiap-siap, jangan seperti pengejek - pengejek yang dikatakan rasul Petrus dalam 2 Petrus 3:3-6
 Ayat 3: Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari - hari zaman akhir akan tampil pengejek - pengejek dengan ejekan - ejekannya yaitu orang - orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.
Ayat 4 : Kata mereka : “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa - bapa leluhur sampai kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.
Ayat 5: Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh Firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air
Ayat 6 : dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah.
Alkitab berkata bahwa pengejek - pengejek ini akan muncul pada akhir zaman. 
Kalau Saudara sudah mendengar pengejek - pengejek seperti itu, maka ketahuilah bahwa hari - hari seperti ini sebagai pertanda akhir zaman.


MAKNA TEOLOGI HARI PENTAKOSTA 



Untuk mendapatkan makna teologi hari Pentakosta maka perlu kita menjawab dan merenungkan pertanyaan berikut ini, MENGAPA TUHAN YESUS NAIK KE SORGA? 
TUHAN Yesus ada di sorga duduk di sebelah kanan Allah Bapa.
TUHAN Yesus sedang menyediakan tempat buat kita semua, dan Dia akan segera datang kembali untuk menjemput kita semua. “Janganiah gelisah hatimu: percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. 
Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. 
Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. 
Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada." (Yohanes 14:1-3). 

Kelak kalau kita sudah bersama - sama dengan TUHAN Yesus selama - lamanya, maka tidak ada lagi air mata kesedihan, kekerasan, kejahatan, tidak ada lagi rasa sakit, tidak ada lagi beban berat, tetapi kita akan sehat, penuh dengan sukacita dan semuanya itu akan berlangsung selama - lamanya. 

Memang pilihan ada di tangan kita, tetapi TUHAN Yesus tidak akan membiarkan diri kita terus dalam pergumulan sehingga membuat kita jatuh. TUHAN Yesus dalam Roh Kudus akan terus menguatkan dan memberi penghiburan bagi kita semua.  
Hari ini hari Pentakosta, telah 10 hari berturut - turut beribadah setiap malam sejak Hari Kenaikan Isa Almasih, sekalipun mungkin dalam situasi banyak masalah dalam hidup saudara dan sudah bertahun - tahun sangat menekan jiwa saudara. Mungkin Saudara sakit secara fisik, mental atau jiwa, hubungan dalam keluarga sedang bermasalah, banyak masalah keuangan atau masalah ekonomi, tetapi nanti kalau kita sudah bersama-sama dengan TUHAN Yesus, semuanya itu tidak ada akan ada lagi. Sekarang kuatkan hati saudara, jangan gelisah, pilihan ada di tangan kita. Kristen punya doa untuk kita semua umat Kristen di seluruh dunia agar bisa memilih dan menentukan yang benar, kita akan bersama-sama dengan TUHAN Yesus selama - lamanya. 

Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup Senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.” ( Ibrani 7:25 ).
Setiap orang Kristen diminta untuk berdoa buat orang lain. Penginjil adalah jawatan, bukan berarti hanya penginjil itu yang menginjil, tetapi setiap kita umat Kristen harus bisa mengInjil..

Di perayaan Pentakosta seperti saat ini apakah Saudara rindu melihat seluruh keluarga Saudara diselamatkan? 
Apakah Saudara rindu melihat seluruh Indonesia diselamatkan? Pada waktu itu TUHAN membukakan suatu rahasia Penginjilan melalui beberapa doa, terlebih dahulu  mendoakan diri kita dan keluarga besar kita, selanjutnya  mendoakan orang lain, memohon agar TUHAN menyelamatkan mereka yang ada di luar sana yang menyebut dirinya agama Kristen namun dari segi karakter belum menunjukkan identitas sebenarnya menjadi orang Kristen, kita mendoakan agar mereka yang masih di jalan yang salah agar mereka mengakui, sadar lalu berbalik dari jalan - jalannya yang jahat atau jalan yang salah.
Doa yang kita sampaikan kepada TUHAN itu timbul karena kita tahu betapa sulitnya bagi kita untuk mengInjil. 
Tetapi TUHAN beritahu kepada kita bahwa kita harus melakukan Penginjilan melalui doa.
TUHAN YESUS BERKATA: “AKU DATANG SEGERA!” 
Puji TUHAN, Haleluya...

Labels:

Hubungan Allah Dengan Manusia

Hubungan Allah Dengan Manusia


HUBUNGAN ALLAH DENGAN MANUSIA MENURUT ALKITAB



Untuk mewujudkan suatu hubungan Allah dengan manusia maka manusia harus memberi dirinya untuk beribadah kepada Allah. Perwujudannya dapat dilakukan dengan beribadah menyembah dan memuji TUHAN Allah. Pelaksanaan atas semua perintah, ketetapan dan peraturan dari TUHAN Allah merupakan perwujudan dari ada atau tidaknya hubungan manusia dengan Allah seperti berdoa, beribadah, memberi sedekah dan berpuasa merupakan suatu contoh adanya hubungan manusia dengan Allah. 
Di dalam kitab Kejadian tentang penciptaan memberikan kepada manusia tempat mulia dalam alam semesta. Penciptaan manusia tidak hanya merupakan penutup dari segenap karya ciptaan Allah, tapi dalam penciptaan manusia itu sendiri terkandung penggenapan dan makna dari seluruh pekerjaan Allah pada kelima hari lainnya. Manusia diperintahkan memenuhi bumi dan menaklukkannya, dan manusia berkuasa atas semua makhluk (Kejadian 1:26-31 dan Kejadian 2:3). Kesaksian yang sama tentang kekuasaan manusia dan tentang tempatnya yang sentral di alam ciptaan ini, diberikan lagi di tempat - tempat lain (Amos 4:13, Yesaya 42:5-6, Mazmur 8:5-9, Mazmur 104:14-15), dan secara mengagumkan diberikan dalam inkarnasi (baca juga Ibrani 2). 

Dalam seluruh Alkitab ditekankan bahwa manusia adalah bagian dari dunia ini. Manusia ialah debu dan diciptakan dari debu tanah (Kejadian 2:7): secara biologis dan badani ia mempunyai banyak kesamaan dengan binatang. Semuanya itu nampak jelas dalam banyak segi hidup manusia (Kejadian 18:27, Ayub 10:8-9, Mazmur 103:14, Pengkotbah 3:19, 20, Pengkotbah 12:5-7). Manusia sebagai 'daging” adalah lemah dan bergantung pada belas kasihan Allah, seperti semua makhluk lainnya (Yesaya 2:22, Yesaya 40:6, Mazmur 103:15, Mazmur 104:27-30). Bahkan dalam memanfaatkan bumi untuk melayani kebutuhannya, manusia harus melayani bumi ini, harus menjaganya dan mengolahnya untuk mencapai tujuannya (Kejadian 2:15). Manusia tunduk kepada hukum - hukum yang sama, seperti kaidah alam, dan ia dapat terpesona di tengah - tengah keagungan dunia yang menjadi tempat hidupnya (Ayub 38-42). 

Namun manusia tidak bisa mendapatkan arti yang sebenarnya dari kehidupan yang TUHAN berikan kepada dunia ini. Binatang - binatang tidak dapat menjadi penolong yang layak bagi manusia. Manusia mempunyai sejarah dan masa depan yang harus digenapi, unik di tengah - tengah makhluk dan ciptaan lainnya. Dia diciptakan menurut gambar Allah (Kejadian 1:27). Ada ahli yang menafsirkan bahwa gambar Allah ini terungkap dalam kekuasaan manusia atas dunia ini, atau dalam daya pikirnya, atau bahkan dalam sifat - sifat badaninya. Tapi lebih baik tidak mencari hal itu dalam hubungan manusia dengan dunia ini, ada lagi yang jauh lebih penting dari urusan alam, bumi atau dunia ini. Sesuatu yang lebih penting dari hubungan manusia dengan alam ini adalah hubungan Allah dengan manusia atau hubungan manusia dengan Allah.

Meskipun manusia telah jatuh ke dalam dosa, manusia menurut janji Kristus masih harus dipandang sebagai citra Allah (Kejadian 5:hidan ayat - ayat berikutnya,  Kejadian 9:1 dan ayat berikutnya  serta surat Mazmur 8:1-10, 1 Korintus 11:7, Yakobus 3:9), bukan semata - mata berdasarkan siapa Dia dalam diriNya sendiri, tapi berdasarkan apa makna Kristus bagi diriNya, dan berdasarkan apa makna Dia di dalam Kristus. Sekarang dalam Kristus-lah dilihat makna yang sebenarnya dari perjanjian yang hendak dibuat Allah dengan manusia dalam Firman, dan itulah tujuan sehingga manusia diciptakan oleh Allah untuk mencapai tujuan Allah( Kejadian 1:27-30, Kejadian 9:8-17, Mazmur 8,  Efesus 1:22 dan surat Ibrani 2:6 ).

Sebab ketidaksetiaan manusia tidak dapat membatalkan kesetiaan Allah (Roma 3:3). Maka di hadapan Allah, manusia dari segi hidup perseorangan (Matius 18:12) maupun dari segi hidup bersama (Matius 9:36, Matius 23:37), dipandang adalah jauh lebih bernilai dari seluruh alam ( Matius 10:31, Matius:12:12, Markus 8:36 dan 37 ). Justru menemukan manusia yang hilang adalah menghapuskan segala penderitaan mencarinya, dan menggenapi tuntas pengorbanan Kristus (Lukas 15). 

Yesus Kristus-lah yang benar - benar citra dari Allah (Kolose 1:15 dan 2 Korintus 4:4), justru Dia-lah manusia yang sebenarnya (Yohanes 19:5). Dia serentak adalah perseorangan yang unik dan mewakili segenap masyarakat manusia, dan karya penyelamatan-Nya beserta kemenangan-Nya memberikan kebebasan dan kehidupan bagi seluruh umat manusia (Roma 5:12-21). 
Kristus menggenapi perjanjian yang di dalamnya Allah memberikan kepada manusia tujuan hidupnya yang sesungguhnya. Di dalam Kristus, oleh iman, manusia mendapati dirinya sedang diubah menjadi serupa dan segambar dengan Allah (2 Korintus :3:18) dan boleh teguh mengharap akan penuh segambar dengan Dia (Roma 8:29) kelak pada waktu pernyataan terakhir kemuliaan-Nya (1 Yohanes 3:2). Sementara dalam iman mengenakan gambar Allah, maka manusia harus 'menanggalkan manusia lama' (Efesus 4:24, Kolose 3:10). 
Hal ini nampaknya mendorong kita untuk menjauhkan pemikiran yang mengatakan, bahwa gambar Allah harus ditafsirkan sebagai sudah melekat dan menyatu dalam diri manusia alami, walaupun memang manusia alami itu harus dipandang sebagai sudah diciptakan menurut gambar Allah ( 2 Korintus 5:16-17 ).



Namun berbicara soal hubungan manusia dengan Allah tentu tidak lepas dari soal hubungan manusia dengan manusia lainnya. 
Karena simbol agama Kristen berupa salib bukan semata  - mata hanya menggambarkan penyaliban Yesus Kristus di kayu salib, namun juga menggambarkan hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia lain yang termanifestasi di dalam kehidupan sehari - hari.
Hubungan manusia dengan Allah disebut dengan hubungan vertikal.. dan hubungan manusia dengan manusia lain disebut dengan hubungan horizontal.

Di dalam Kitab Kejadian tentang penciptaan mencatat bahwa waktu Allah menciptakan manusia, Ia mengambil sikap yang menunjukkan perhatian yang sangat pribadi dan mendalam terhadap manusia itu (Kejadian 1:26), bandingkan dengan Kejadian  1:3 dan 6. Dan cara pendekatanNya ialah melibatkan diriNya dalam hubungan yang lebih erat dengan manusia ciptaanNya itu ( Kejadian 2:7 ) dibandingkan dengan semua ciptaanNya yang lainnya. 
Allah mendekati manusia dan menyapanya dengan kata 'engkau' (Kejadian 3:9), dan manusia dimampukan menanggapi ucapan Allah yang penuh kasih itu dengan kasih Allah yang sangat luar biasa baik. Hanya dalam jawaban demikianlah manusia bisa menjadi 'apa sebenarnya dia”.

Firman Allah yang olehnya manusia hidup yang bukan hanya karena makanan atau minuman seperti yang TUHAN Yesus tekankan dalam surat Matius 4:4, menempatkan manusia dalam suatu hubungan Allah dengan manusia melebihi semua ciptaan lain di sekeliling manusia, dan mengaruniakan kepadanya martabat sebagai anak Allah, yang diciptakan menurut citra atau gambar Allah dan memancarkan kemuliaan Allah. 
Manusia yang memiliki martabat ini bukan sebagai perseorangan terisolir di hadapan Allah karena melakukan kesalahan besar dengan melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah yang dilarang untuk dimakan di taman Eden, tapi hanya jika ia berada dalam hubungan yang bertanggung jawab dan penuh kasih terhadap sesamanya manusia. 
Hanya bila ia berada di tengah - tengah lingkungan keluarganya dan dalam hubungan sosialnya, ia dapat betul - betul memantulkan citra Allah (Kejadian 1:27-28, Kejadian 2:18). 


HUBUNGAN MANUSIA DENGAN MANUSIA LAIN



Ayat Pembuka :
"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama - sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing - kambing di sebelah kiri-Nya. 

Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum, ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan, ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian, ketika Aku sakit, kamu melawat Aku, ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. 
Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: TUHAN, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? 
Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat - malaikatNya. 
Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan, ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum, ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan, ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian, ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: TUHAN, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? 
Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."
Matius 25:31-46


Ayat Pendukung : 
Kamu telah mendengar firman : Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah mesuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu : Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlahkamu menjadi anak - anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara - saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. ( Matius 5 : 43 - 48 )

Melepaskan pengampunan sama dengan melepaskan rantai yang terikat dalam tubuh kita yang membuat kita tidak dapat bergerak leluasa dan sulit maju melangkah. Ini artinya bila kita tidak mau melepaskan pengampunan, tidak mau memaafkan orang yang bersalah maka kita akan sulit melangkah maju dan bergerak bebas. Pencapaian sesuatu yang baik akan sulit diperoleh jika belenggu yang berat terikat dalam hidup kita belum dilepaskan atau diputuskan.

Mengapa kita begitu berat mengampuni sebuah dosa yang sesama kita perbuat? Selama ini kita hanya mengasihi orang yang mengasihi kita, namun kata TUHAN, apa bedanya kita dengan orang dunia yang tidak mengenal TUHAN! Kalau selama ini kita memberi sepiring makanan dan segelas air hanya untuk orang yang menguntungkan kita, apa bedanya kita dengan orang dunia? Mari kita belajar dari teladan Kristus bahwa kita harus bisa mengampuni seberat atau sesakit apa pun penderitaan yang orang lain timbulkan dalam hidup kita.

Kita semua tentu pernah mendengarkan dan melihat berita - berita kriminal di televisi. Dalam tindak kriminal sering dimuat berita pembunuhan di mana akhirnya si pelaku berhasil ditangkap lalu diadili. Saat diadili kita melihat keluarga korban kadang tidak terima terhadap si pelaku pembunuh atau penganiayaan. 
Mereka menuntut sang pembunuh atau si penganiaya dihukum seberat-beratnya, kalau perlu dihukum mati, namun yang dijatuhkan hakim kadang malah lebih ringan daripada yang dituntut jaksa sehingga korban merasa tidak menerima vonis hukuman yang sangat ringan dan bahkan mengamuk serta bersumpah akan membalas dendam kelak bila si pembunuh suatu saat dibebaskan. Kalau kita sendiri dihadapkan dalam situasi seperti di atas, tindakan apa yang akan kita ambil? 
Keluarga kita dianiaya dengan keji sedangkan sang pelaku tanpa rasa bersalah tetap bersikap santai tanpa merasa berdosa di persidangan. Tentu hati kita sangat panas dan ingin sekali membalas dendam. Secara daging tentu kita tidak bisa mengampuni orang yang menganiaya keluarga yang kita cintai. 
Saat kita kembali ke firman TUHAN yang di atas kita akan menemui TUHAN berkata lain tentang musuh kita. TUHAN dengan jelas berkata: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.  
Memang sungguh sangat sulit, tidak gampang mengasihi orang yang telah melukai kita bahkan berdoa untuk mereka. Sepertinya sangat mustahil, tetapi TUHAN memberikan teladan melalui diri-Nya bahwa kita pasti bisa. 

Tidak ada penderitaan yang bisa menyamai penderitaan Yesus saat di salib. Dia yang suci dan penuh kasih, harus menerima penghianatan dari murid-Nya sendiri, Dia dihakimi untuk kesalahan yang tidak pernah Dia perbuat. Dia dipukuli dan diludahi oleh orang-orang yang dulu diberkati-Nya. Dia disiksa sampai badan-Nya hancur agar kita manusia berdosa layak diampuni. 

Saat tergantung di kayu salib, Dia berhak mengutuk manusia untuk segala kejahatan yang mereka perbuat kepada-Nya. tetapi Dia tetap memberkati dan mengampuni ( Lukas 23 : 34 ). Seberapapun dalamnya sakit hati kita akibat penganiayaan yang dilakukan orang lain kepada kita, mari belajar mengampuni seperti Yesus, Dia yang suci dari dosa bisa mengampuni kita, mengapa kita yang berdosa tidak mau mengampuni sesama yang berbuat jahat kepada kita?

Mari kita mencoba meneladani karakter TUHAN Yesus, kembali kepada dasar pengajaran TUHAN Yesus bahwa kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita dan keluarga kita dengan tulus hati.

Memaafkan terkadang mudah diucapkan, tetapi sulit dilakukan, mudah diajarkan namun sulit dipraktekkan dan sangat sulit dituntaskan di hati kita. Kadang kita mau memaafkan orang lain karena terpaksa dan mendapat tekanan dari berbagai pihak seperti keluarga dekat misalnya, tetapi hati kita belum sepenuhnya mengampuni atau memaafkan. Biasanya hal ini terjadi saat kita menjadi pihak yang dirugikan.

Dalam hati berkata: enak aja minta maaf! emangnya kerugian bisa diganti dengan kata maaf? Atau bahkan mungkin itulah yang kita ucapkan kepada orang yang di sekitar kita saat orang lain meminta maaf karena satu kesalahan yang mungkin saja tidak sengaja ia perbuat. 

Postingan renungan Kristen Punya ini mengajak dan menantang kita agar bisa mengampuni orang lain tanpa syarat seperti juga Kristus sudah terlebih dahulu mengampuni kita. TUHAN tidak menuntut kita harus menyukakan hati-Nya terlebih dahulu baru mau mengampuni kita, tetapi Dia rela mati dan mengampuni kita saat kita tidak pantas untuk diampuni. TUHAN mau mengampuni kesalahan manusia yang begitu besar dan tidak bisa kita bayar tapi mengapa kita tidak mau mengampuni dosa atau kesalahan sesama kita yang mungkin bukan suatu kesalahan besar? 

TUHAN mengajarkan kita kita agar bisa saling mengampuni itu semua demi kebaikan kita, demi keselamatan kita. Memaafkan adalah sesuatu yang harus kita berikan dengan tulus, sesakit apapun hati kita karena ucapan atau perbuatan sesama kita, tapi kalau kita mau memaafkan atau mengampuni maka percayalah TUHAN juga akan mengampuni dosa dan kesalahan kita juga, Amin


TUHAN Yesus memberkati kita semua, Amin. ( St.L. F.  Hutabarat )






Labels:

Renungan Tentang Mengasihi Musuh


Renungan Tentang Mengasihi Musuh




Ayat Pembuka : Kamu telah mendengar firman : Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah mesuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu : Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlahkamu menjadi anak - anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara - saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. ( Matius 5 : 43 - 48 )


Melepaskan pengampunan sama dengan melepaskan rantai yang terikat dalam tubuh kita yang membuat kita tidak dapat bergerak leluasa dan sulit maju melangkah. Ini artinya bila kita tidak mau melepaskan pengampunan, tidak mau memaafkan orang yang bersalah maka kita akan sulit melangkah maju dan bergerak bebas. Pencapaian sesuatu yang baik akan sulit diperoleh jika belenggu yang berat terikat dalam hidup kita belum dilepaskan atau diputuskan.

Mengapa kita begitu berat mengampuni sebuah dosa yang sesama kita perbuat? Selama ini kita hanya mengasihi orang yang mengasihi kita, namun kata TUHAN, apa bedanya kita dengan orang dunia yang tidak mengenal TUHAN! Kalau selama ini kita memberi sepiring makanan dan segelas air hanya untuk orang yang menguntungkan kita, apa bedanya kita dengan orang dunia? Mari kita belajar dari teladan Kristus bahwa kita harus bisa mengampuni seberat atau sesakit apa pun penderitaan yang orang lain timbulkan dalam hidup kita.

Kita semua tentu pernah mendengarkan dan melihat berita - berita kriminal di televisi. Dalam tindak kriminal sering dimuat berita pembunuhan di mana akhirnya si pelaku berhasil ditangkap lalu diadili. Saat diadili kita melihat keluarga korban kadang tidak terima terhadap si pelaku pembunuh atau penganiayaan. Mereka menuntut sang pembunuh atau si penganiaya dihukum seberat-beratnya, kalau perlu dihukum mati, namun yang dijatuhkan hakim kadang malah lebih ringan daripada yang dituntut jaksa sehingga korban merasa tidak menerima vonis hukuman yang sangat ringan dan bahkan mengamuk serta bersumpah akan membalas dendam kelak bila si pembunuh suatu saat dibebaskan. Kalau kita sendiri dihadapkan dalam situasi seperti di atas, tindakan apa yang akan kita ambil? Keluarga kita dianiaya dengan keji sedangkan sang pelaku tanpa rasa bersalah tetap bersikap santai tanpa merasa berdosa di persidangan. Tentu hati kita sangat panas dan ingin sekali membalas dendam. Secara daging tentu kita tidak bisa mengampuni orang yang menganiaya keluarga yang kita cintai. Saat kita kembali ke firman TUHAN yang di atas kita akan menemui TUHAN berkata lain tentang musuh kita. TUHAN dengan jelas berkata: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Memang sungguh sangat sulit, tidak gampang mengasihi orang yang telah melukai kita bahkan berdoa untuk mereka. Sepertinya sangat mustahil, tetapi TUHAN memberikan teladan melalui diri-Nya bahwa kita pasti bisa. 

Tidak ada penderitaan yang bisa menyamai penderitaan Yesus saat di salib. Dia yang suci dan penuh kasih, harus menerima penghianatan dari murid-Nya sendiri, Dia dihakimi untuk kesalahan yang tidak pernah Dia perbuat. Dia dipukuli dan diludahi oleh orang-orang yang dulu diberkati-Nya. Dia disiksa sampai badan-Nya hancur agar kita manusia berdosa layak diampuni. Saat tergantung di kayu salib, Dia berhak mengutuk manusia untuk segala kejahatan yang mereka perbuat kepada-Nya. tetapi Dia tetap memberkati dan mengampuni ( Lukas 23 : 34 ). Seberapapun dalamnya sakit hati kita akibat penganiayaan yang dilakukan orang lain kepada kita, mari belajar mengampuni seperti Yesus, Dia yang suci dari dosa bisa mengampuni kita, mengapa kita yang berdosa tidak mau mengampuni sesama yang berbuat jahat kepada kita?

Mari kita mencoba meneladani karakter TUHAN Yesus, kembali kepada dasar pengajaran TUHAN Yesus bahwa kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita dan keluarga kita dengan tulus hati.

Memaafkan terkadang mudah diucapkan, tetapi sulit dilakukan, mudah diajarkan namun sulit dipraktekkan dan sangat sulit dituntaskan di hati kita. Kadang kita mau memaafkan orang lain karena terpaksa dan mendapat tekanan dari berbagai pihak seperti keluarga dekat misalnya, tetapi hati kita belum sepenuhnya mengampuni atau memaafkan. Biasanya hal ini terjadi saat kita menjadi pihak yang dirugikan.

Dalam hati berkata: enak saja minta maaf! emangnya kerugian bisa diganti dengan kata maaf? Atau bahkan mungkin itulah yang kita ucapkan kepada orang yang di sekitar kita saat orang lain meminta maaf karena satu kesalahan yang mungkin saja tidak sengaja ia perbuat. Postingan renungan Kristen Punya ini mengajak dan menantang kita agar bisa mengampuni orang lain tanpa syarat sebagaimana Kristus sudah terlebih dahulu mengampuni kita. TUHAN tidak menuntut kita harus menyukakan hati-Nya terlebih dahulu baru mau mengampuni kita, tetapi Dia rela mati dan mengampuni kita saat kita tidak pantas untuk diampuni. TUHAN mau mengampuni kesalahan manusia yang begitu besar dan tidak bisa kita bayar tapi mengapa kita tidak mau mengampuni dosa atau kesalahan sesama kita yang mungkin bukan suatu kesalahan besar? TUHAN mengajarkan kita kita agar bisa saling mengampuni itu semua demi kebaikan kita, demi keselamatan kita. Memaafkan adalah sesuatu yang harus kita berikan dengan tulus, sesakit apapun hati kita karena ucapan atau perbuatan sesama kita, tapi kalau kita mau memaafkan atau mengampuni maka percayalah TUHAN juga akan mengampuni dosa dan kesalahan kita juga.

Bulan lalu semua umat Kristen baru saja merayakan hari Paskah, mengingatkan kita bagaimana hinaan yang diterima TUHAN Yesus pada saat hendak disalibkan di kayu salib. Dalam Markus 14:65 dikatakan bahwa beberapa orang meludahi Dia dan menutupi MukaNya dan meninjuNya sambil berkata kepadaNya: ' Hai nabi, cobalah terka', malah para pengawalpun memukul Dia.

Pernahkah Anda diludahi oleh seseorang?Jika ya, bagaimana perasaan Anda? Semoga saja Anda tidak pernah mengalaminya karena Anda akan merasa sangat terhina. Saya pribadi pernah mengalami hal itu di tengah jalan. Saat pulang kerja saya biasa mengendarai motor. Sewaktu berjalan mendadak ada seorang anak muda dari beberapa orang yang ada di bak mobil pick up di bak belakang mobil entah sengaja atau tidak  meludah dengan sembarangan, mengenai baju saya yang sedang naik mengendarai sepeda motor saya. Walau kejadian itu hanya beberapa detik dan sudah berlalu 12 tahun silam, saya masih bisa mengingat dengan sangat jelas wajah orang yang meludahi saya itu. Perasaan saya sangat terhina jika mengingat masa lalu tersebut. Namun, saya bersyukur karena sudah menerima Yesus dan bisa mengampuninya. 

Tidak ada seorangpun yang rela mukanya diludahi, apalagi jika ia tidak melakukan kesalahan apa pun, tetapi inilah yang harus dialami Yesus. Tidak hanya sekadar diludahi, TUHAN Yesus harus rela dipukul, ditinju bahkan jika membaca Markus 14-15, kita bisa melihat segala macam penderitaan harus rela Dia tanggung agar kita bisa layak disebut anak Allah. TUHAN tidak membalas penghinaan itu, tetapi hanya diam, padahal Dia memiliki lebih dari dua belas pasukan malaikat (Matius 26:53) yang bisa membinasakan dunia ini dalam sekejap. Bagaimana perasaan TUHAN saat diludahi? Sebagai TUHAN dan manusia, tentu secara daging TUHAN sangat terhina, tetapi Dia tidak membalas karena mengasihi kita semua, bahkan sampai hari ini. 

Setiap tahun kita merayakan Paskah, tetapi sudahkah kita merayakan Paskah dengan penuh ucapan terima kasih? Kita bisa merayakan Paskah karena TUHAN rela menanggung segala penderitaan sampai mati. Jadikan momen Paskah tahun ini agar kita bisa mengampuni siapapun dengan segala kesalahan dan kekurangan orang lain yang sudah menyakiti kita karena TUHAN sudah terlebih dahulu mengampuni Anda dan saya saat kita tidak layak untuk diampuni. 

Mari mengampuni seperti TUHAN mengampuni. 

Labels:

Nubuat Dan Wahyu Para Nabi



Nubuat Dan Wahyu Para Nabi



Nubuat Dalam Alkitab 


Orang pertama yang disebut nabi oleh Alkitab (bahasa Ibrani : navi) adalah Abraham (Kejadian 20:7) baca juga kitab Mazmur 105:15, namun kitab nubuat Perjanjian Lama menerima bentuk normatifnya ada dalam hidup dan pribadi nabi Musa, yang merupakan tolok ukur bagi nabi - nabi selanjutnya (Ulangan 18:15-19, Ulangan 34:10). Ciri -  ciri nabi TUHAN yang sebenarnya dalam urutan nabi - nabi Perjanjian Lama, pertama-tama ditemukan pada Musa meskipun nenek moyang Musa dan bangsa Israel yaitu Abraham, Ishak dan Yakub termasuk pada golongan nabi. 
Kelebihan nabi Musa dengan nabi - nabi sebelumnya adalah karena Musa menerima panggilan khusus dan bersifat pribadi dari Allah. Prakarsa wahyu nubuat menjadikan seorang nabi berada pada Allah (Keluaran 3:1-4:17, bandingkan dengan kitab Yesaya 6, kitab Yeremia 1:4-19, kitab Yehezkiel 1-3, kitab Hosea 1:25, kitab Amos 7:14-15, kitab Yunus 1:1). Semua nubuatan para nabi tersebut memiliki tujuan dan dampak utama panggilan untuk menghadirkan orang yang bersangkutan berada dalam pewahyuan dan mengalami Hadirat Allah, seperti yang diperlihatkan oleh ayat - ayat acuan yang telah disebut di atas. Inilah rahasia atau pembicaraan TUHAN (1 Raja- raja 22:19 dan ayat selanjutnya, surat Yeremia 23:22 dan surat Amos 3:7). Nabi berdiri di hadapan manusia, sebagai orang yang telah dibina untuk melayani, menerima pewahyuan sekaligus mengalami  hadirat Allah (1 Raja - raja17:1 dan 1 Raja-raja 18:15). 

Lagi pula kesadaran kenabian akan makna sejarah berasal dari Musa. Ketika Yesaya mengemukakan polemiknya yang tajam menentang penyembahan berhala, salah satu pendiriannya yang paling teguh ialah, bahwa hanya TUHAN satu-satunya pemberi kesanggupan bernubuat, dan bahwa berhala-berhala tidak dapat berbut apa - apa. Sejarah menjadi pernyataan karena kepada keadaan historis itu ditambahkan seorang yg sebelumnya telah dipersiapkan untuk mengatakan maksud keadaan itu. Dalam kitab Keluaran TUHAN menyuruh dan mengutus Musa ke Mesir setelah memberinya suatu kecakapan untuk menafsirkan kejadian -  kejadian besar yang segera akan terjadi pada zaman itu. Nabi Musa tidak dibiarkan bergumul sendirian untuk menemukan arti kejadian - kejadian selama kejadian - kejadian itu sedang berlangsung atau bahkan sesudahnya, sebelum suatu kejadian terjadi ia telah diberi tahu keadaannya dan artinya oleh Allah yang berbicara kepada dia. Demikianlah keadaan semua nabi di di antara bangsa - bangsa kuno hanya bangsa Israel-lah yang mempunyai kesadaran yang benar perihal sejarah. Kesadaran itu mereka peroleh dari para nabi, dan di bawah pimpinan TUHAN.




Dalam kisah nabi Musa juga ditemukan kombinasi pemberitaan dan nubuat yang terdapat pada semua nabi. Ini mencolok terperinci sebagai satu corak kenabian pada umumnya. Di sini kita hanya mencatat bahwa Musa juga menetapkan norma, yaitu bahwa bila seorang nabi membicarakan kejadian secara terkini, dalam pembicaraannya itu sang nabi juga sering membicarakan kejadian akan datang juga. Pemberitaan dan nubuat inilah yang membedakan nabi yang benar dengan nabi palsu yang hanya meramal saja. Bahkan waktu nabi Musa mengucapkan nubuat besarnya tentang Nabi yang akan datang (Ulangan 18:15) ia membicarakan soal - soal yang sangat pelik dan mendesak tentang hubungan umat Allah dengan praktik dan daya tarik ibadah - ibadah orang - orang kafir. 

Dua ciri lain dari generasi nabi-nabi sesudah Musa juga ditemukan pada diri Musa. Banyak nabi memakai lambang dalam mengemukakan amanat mereka misalnya dalam kitab Yeremia 19:1 dan ayat selanjutnya serta kitab Yehezkiel 4:1 dan ayat selanjutnya. Nabi Musa mengangkat tangannya ke atas (Keluaran 17:8 dan ayat selanjutnya) dan demikian juga patung ular tedung (Bilangan 21:8). Dan akhirnya segi syafaat tugas kenabian juga nampak pada Musa. Ia adalah wakil bangsa di hadapan Allah(Keluaran 18:19 dan kitab Bilangan 27:5) teristimewa pada satu peristiwa yang secara harfiah menyatakan bahwa Musa sebagai pendoa, tegar menangkis semua serangan (Keluaran 32:30,  Ulangan 9:18, bandingkan dengan kitab 1 Raja- raja 13:6, 2 Raja-raja 19:4, Yeremia 7:16, Yeremia 11:14, Yeremia 14:4). 




Bagaimana nabi menerima amanat dari TUHAN untuk disampaikan kepada sesamanya manusia? Mungkin pertanyaan seperti ini timbul di dalam hati kita. Pernyataan tentang kesadaran yang langsung dan berpribadi yang merupakan pengalaman dasar semua nabi. Dan ini pertama kali dinyatakan pada Keluaran 1:1, 2 ( 4:15, 16 ). Allah sendiri yang mengucapkan firman itu yang disampaikan-Nya kepada nabi, dan melalui nabi kepada umatnya. Pengalaman yang sama seperti itulah yang dialami oleh Yeremia ketika tangan Allah menjamah mulutnya (Yeremia 1:9), dan bagian ini memberi tahu kita ihwal nubuat sebanyak yang diperbolehkan kita ketahui: bahwa dalam hubungan persekutuan pribadi yang diadakan oleh Allah, nabi menerima amanat ilahi yang berbentuk verbal. Di kemudian hari Yeremia mengungkapkan pengalaman itu sebagai 'hadir dalam dewan musyawarah TUHAN( Yeremia 23:22 ), dengan mana sang nabi dikatakan mendorong umat mendengar firman Allah.

Mimpi dan penglihatan juga mendapat tempat dalam pengilhaman nabi. Yeremia 23:28 dianggap mengajarkan bahwa mimpi tidak dapat dipandang sebagai media menerima firman TUHAN. Sementara di dalam kitab Bilangan 12:6, 7 dan 1 Samuel 28:6, 15, yang mengajarkan bahwa mimpi juga berlaku sebagai alat suatu nubuat nabi, kita lihat bahwa Yeremia 23:28 harus dimengerti sebagai mimpi bukan sebuah khayalan sendiri. Sungguh, Yeremia sendiri nampak menerima firman TUHAN melalui mimpi ( Yeremia 31:26 ). Ada orang bertanya, nubuat apa yang disampaikan oleh Zakaria ? Pengalaman berupa penglihatan paling baik ditunjukkan dalam nabi Zakharia, tapi sama dengan mimpi, hal ini tidak juga menambah apa - apa kepada pengetahuan atau ketidaktahuan, tentang mekanisme pengilhaman.

Nabi Zakharia yang disebut bersama Hagai dalam Ezra 5:1 dan Ezra 6:14, dan yang nubuat-nubuatnya terdapat dalam Kitab yang menyandang namanya. Karena kedua nabi ini sangat bergairah ingin membangun kembali Bait Suci dalam tahun 520 Sebelum Masehi, maka diperlukan penjelasan perihal kebungkaman mereka selama tahun 536 sampai tahun 520 Sebelum Masehi, ketika pembangunan Bait Suci terhenti. Apakah karena mereka dalam usia kanak-kanak atau baru kembali dari pembuangan bersama orangtua mereka pada tahun 537, atau mereka baru kembali kira-kira  tahun 520, dalam hal ini mereka tentu telah menjadi kanak-kanak pada tahun 537 SM, atau gairah merekalah yang memacu mereka pada saat itu. Itu berarti Zakharia pada usia muda ketika ia mulai bernubuat, dan mungkin dialah 'orang muda yang di sana” dalam Zakharia 2:4, jadi bukan orang yang memegang tali pengukur. Sangat mungkin bahwa bagian kedua Kitabnya baik kitab nabi Hagai maupun kitab nabi Zakharia  sama - sama berasal dari masa tuanya.


 Hal yang persis sama dapat dikatakan tentang peristiwa - peristiwa di mana firman diterima melalui suatu lambang (Yeremia 18 dan Amsal 7:7 ). Pengilhaman adalah mujizat, kita tidak tahu dengan cara apa Allah membuat akal manusia tahu akan firman-Nya. 


Ini menimbulkan persoalan tentang aktivitas Roh Allah dalam pengilhaman nabi. Ada 18 bagian Alkitab yang menghubungkan pengilhaman nabi dengan aktivitas Roh. Pada kitab Bilangan 24:2 mengacu kepada Bileam, Bilangan 11:29: 1 Samuel 10:6, 10: 19:20, 23 membicarakan ekstase (keadaan di luar kesadaran diri) kenabian, anggapan umum bahwa nubuat muncul dari Roh Allah ditemukan pada 1 Raja - Raja 22:24: Yoel 2:28-29, Hosea 9:7, Nehemia 9:30: Zakharia 7:12, pernyataan langsung mengenai pengilhaman oleh Roh disebut di Mika 3:8: pengilhaman Roh atas firman nabi dinyatakan di 1 Tawarikh 12:18, 2 Tawarikh 15:1, 20:14, 24:20, Nehemia 9:20 dan Yehezkiel 11:5. Jelas bukti ini tidak merata tersebar di seluruh surat kitab Perjanjian Lama, secara khusus bahwa nabi - nabi pada masa sebelum pembuangan jarang dikemukakan. Yeremia tidak menyebut Roh Allah dalam hubungan apapun. Hal ini dipandang menunjukkan perbedaan antara 'orang firman' dan "orang Roh'. Seolah - olah nabi - nabi terdahulu ingin memisahkan diri dari kelompok pengilhaman dan dari yang disebut orang - orang yang dipenuhi oleh roh. Sebab pertama, penyamaan langsung antara kelompok terdahulu yang mengalami ekstase dengan nabi - nabi palsu yang kemudian, tidaklah mungkin, seperti ditunjukkan oleh E. Jacob, "firman mengandaikan roh, nafas hidup yang kreatif, dan bagi nabi - nabi ada begitu banyak bukti tentang hal ini, bahwa tak perlu mereka menyatakannya secara khusus".


Nabi tampil di depan masyarakat sezamannya sebagai orang yang ingin mengucapkan sesuatu. Firman Allah diungkapkan dalam bentuk kata - kata yang diucapkan. Masing - masing nabi mewarnai ucapannya dengan ciri pribadi dan pengalamannya sendiri, justru ucapan Amos dan Yeremia berbeda seperti perbedaan kepribadian kedua nabi itu. Karena itu ada kesadaran rangkap dalam kitab - kitab para nabi, di satu pihak ucapan ini adalah firman yang diberikan Allah kepada nabi, Allah memakai orang itu sebagai mulut-Nya: kata - kata yang mereka ucapkan adalah firman Allah. Di lain pihak, ucapan ini adalah kata - kata orang tertentu, diucapkan pada suatu waktu tertentu dalam keadaan tertentu. Jadi lazim apabila di antara penulis modern (umpamanya Rowley, The Servant of the Lord, 1952, halaman 126) menarik kesimpulan, bahwa firman pada taraf tertentu menjadi tidak sempurna dan dapat salah, karena menjadi ucapan orang - orang yang tidak sempurna dan yang dapat salah. Perlu diketahui bahwa pernyataan ini tidak berdasarkan kesaksian para nabi sejauh yang kita miliki dalam kitab - kitab para nabi yang ada di Alkitab. Di sini tidak akan dibahas hubungan orang - orang yang diilhami, dan hubungan antara kata - kata dan firman Allah yang mengilhami orang itu. Tapi perlu diketahui juga bahwa kitab - kitab para nabi dapat diteliti tanpa menemukan sedikitpun kesan bahwa para nabi itu berpikir firman yang mereka ucapkan bukanlah firman Allah. Sebagian besar nabi agaknya sama sekali tidak sadar akan adanya suara - suara yang lain atau yang bertentangan dengan kata - kata mereka sendiri. Mereka sangat yakin akan pentingnya kata - kata mereka, seperti biasanya terjadi hanya pada orang yang berada dalam musyawarah Allah dan menerima di sana apa yang mereka harus katakan di bumi. 


Terkadang nabi mengemukakan firman yang disampaikan dalam bentuk perumpamaan atau alegori ( contohnya pada Yeremia 8:4-7: 2 Samuel 12:1-7, dan khususnya Yehezhiel 16 dan 23 ), tapi amanat mereka yang paling dramatis ialah perantaraan 'firman yang dipentaskan”. Berpikir bahwa firman yang dipentaskan itu suatu 'alat peraga”, pasti kita takkan mengerti tabiat dan fungsinya. Memang, itu adalah alat peraga, tapi dalam hubungannya dengan pengertian orang Ibrani tentang kemanjuran firman. Pementasan itu berfungsi untuk membuat firman itu menjadi lebih efektif. Ini nampak paling baik dalam percakapan antara raja Yoas dan Elisa yang akan mati itu (2 Raja - Raja 13:14 ). Pada ayat 17 anak panah kemenangan dari TUHAN dipanahkan ke Aram. Sang nabi telah mengantar raja ke dalam suasana perbuatan simbolis. Sekarang ia minta sampai di mana raja mempunyai iman untuk memegang teguh firman yang berisi janji tersebut, raja memukul tanah tiga kali, dan sampai tiga kali saja firman Allah yang berdaya guna itu akan bekerja dan tidak kembali hampa. 


Di sini kelihatan mencolok hubungan yang sebenarnya antara lambang dengan firman, dan antara keduanya dengan terjadi suatu kejadian - kejadian. Firman yang dijelmakan dalam lambang sangatlah efektif, tidak dapat gagal untuk dilaksanakan, dan akan benar - benar memenuhi apa yang diumumkan oleh lambangnya. 


Demikianlah Yesaya berjalan - jalan tanpa busana dan kasut ( Yesaya 20 ), Yeremia memecahkan buli - buli di tempat pemecahan tembikar ( Yeremia 19 ). Ahia merobek jubah barunya menjadi 12 potong dan memberikan 10 potong kepada Yerobeam (1 Raja - Raja 11:30 ). Yehezkiel mengepung satu kota model ( Yehezkiel 4:1-3 ), menggali tembok rumah ( Yehezkiel 12:1 ), tidak berkabung atas kematian istrinya ( Yehezkiel 24:15 ). Perlu membedakan dengan tajam pementasan firman oleh para nabi Israel dari ilmu sihir dalam pemujaan bangsa Kanaan. Yang terakhir adalah gerakan dari manusia menuju kepada Allah, suatu perbuatan tertentu oleh manusia dengan maksud memaksa Baal, atau illah apa saja yang lain yang termasuk dalam bentuk penyembahan berhala, supaya berbuat sesuai dengan itu. Firman Allah yang disajikan adalah gerak dari Allah tertuju kepada manusia: firman Allah, perbuatan yang telah ditetapkan Allah, diumumkan dan dikembangkan di bumi. Dalam hal ini, seperti dalam tiap segi yang lain dari agama yang ada dalam Alkitab, prakarsa hanya ada pada Allah. 

Kitab nabi-nabi itu berisi hanya suatu pemilihan dan ucapan-ucapan nabi itu, tapi siapa yang memilih, memeriksa dan menyusun? Umpamanya, hunjukan - hunjukan ke Yehuda dalam Kitab Hosea barangkali benar jika dipandang sebagai hasil kerja seseorang pada saat setelah Samaria jatuh, pada saat ucapan nabi itu dibawa ke selatan. Tapi siapa yang mengerjakannya? Siapa yamg menyusunnya? Atau, dalam kerangka yang lebih besar, 

Dalam Kitab-kitab itu sendiri terdapat tiga petunjuk mengacu kepada penyusunan tertulisnya. Pertama nabi itu sendiri paling sedikit menulis beberapa dari pihak yang diucapkan (umpamanya Yesaya 30:8: Yeremia 29:1 , bandingkan dengan Yeremia 29:25, kedua, bahwa sebuah pernyataan yang panjang tentang nubuat-nubuatnya sejauh itu disusun oleh Yeremia dengan pertolongan seorang juru tulis (Yeremia 36), dan bahwa pera untuk melakukan itu diberikan dan diterima tanpa tanda apa pun adalah luar biasa, dan ketiga, bahwa nabi kadang-kadang berhubungan dengan suatu kelompok, barangkali terdiri dari murid-murid yang menerima ajaran guru atau nabi, dan mungkin menjadi tempat penyimpanan  firman - firman yang telah diterima oleh guru tadi. Kelompok seperti itu disebut sebagai 'murid-muridku' pada Yesaya ada potongan-potongan bukti yang kecil-kecil ini memberi kesan bahwa nabi sendiri ada di belakang laporan kata-kata yang baik dengan tindakan pribadi, atau dengan mendikte, dengan mengajar. Mungkin sekali bahwa firman yang ditering Yesaya mendapat bentuknya yang sekarang sebagai Sebuah kitab yang berisi instruksi bagi murid-murid nabi. 


Sebutan "golongan nabi” atau 'rombongan nabi' dipakai untuk menunjuk kepada murid-murid nabi itu. Sebenarnya sebutan itu didapatkan pada zaman Elia dan Elisa, sekalipun Amos 7:14 menunjukkan bahwa sebutan itu hidup lagi sebagai istilah teknis, lama setelah zaman mereka. Dari 2 Raj 23:5 dapat disimpulkan, bahwa ada kelompok-kelompok, yang menetap di sana-sini di seluruh negeri itu di bawah pengawasan seorang nabi yang 'resmi'. Elia, dalam usahanya menghindari Elisa dari ketegangan perpisahan, nampak mengadakan perjalanan rutin kepada kelompok-kelompok itu. Eli selanjutnya mengawasi kelompok-kelompok nabi (2 Raja - Raja 4:38, 6:1 ) dan memanfaatkan pelayanan mereka . Jelas bahwa anggota kelompok-kelompok ini ialah orang-orang dengan karunia kenabian (2 Raja - Raja 2:3, 5), tapi tidak dapat dikatakan apakah mereka menggabungkan diri kepada kelompok itu karena panggilan ilahi atau karena terpikat kepada nabi dengan segala ajarannya, atau karena dipanggil olehnya. 


Jika melihat pada surat Amos 7:14 suatu cercaan atas kelompok-kelompok nabi, seolah-olah Amos dengan marah membedakan dirinya dari mereka. Amos tak mungkin menyangkal kedudukan kenabian atas dirinya sendiri, karena segera menuntut bahwa TUHAN memerintahkan kepadanyi supaya 'bernubuat? (Ibrani hinnave ', memainkan peranan seorang nabi'). Karena itu kita boleh menganggap kata-kata itu sebagai pertanyaan retoris yang marah-marah 'Bukankah aku seorang nabi, dan seorang dari kelompk nabi? Sungguh, dahulu aku seorang peternak ... tapi TUHAN mengambil aku', atau, yang lebih baik: "Dahulu aku bukan nabi ... aku seorang peternak ... tapi TUHAN mengambil Amos dan tidak melancarkan tuduhan terhadap rombongan nabi-nabi sebagai hanya mencari uang saja, tapi ia menunjukkan kewibawaan suatu panggilan rohani terhadap orang yang mengkritik yang tidak punya kedudukan resmi dan otoritas penting. 

Bagaimanapun, sangat mungkin bahwa oleh orang - orang seperti itulah, yang dikelompokkan di sekitar nabi yang besar, firman Allah yang diterimanya dari Allah dirawat dan disebarkan kepada kita.



Labels:

Arti Sebuah Pengorbanan Diri Kepada Tuhan


Arti Sebuah Pengorbanan Diri Kepada Tuhan





Apa itu pengorbanan? Pengertian pengorbanan adalah menghambakan diri tanpa adanya unsur paksaan dan tanpa mengharapkan upah atau imbalan jasa yang telah dikerjakan.
Membahas pengorbanan diri kepada TUHAN sama dengan membahas pelayanan seseorang kepada TUHAN. 
Tidak sedikit orang yang mau menjadi hamba TUHAN yang mau sungguh - sungguh melayani TUHAN, namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana melayani dengan sikap yang benar?

Kita kembali dulu kepada pengertian sederhana mengenai kata hamba. Kata hamba dalam bahasa aslinya adalah 'doulos' yang artinya " budak ", yaitu orang yang mengabdikan dirinya kepada orang lain dengan jalan mengesampingkan atau bahkan mengabaikan kepentingan diri sendiri dan keluarga.

Semestinya sebagai orang Kristen punya kewajiban untuk mengabdi kepada TUHAN Allah yang tidak dapat dilihat langsung dengan kasat mata. Dasar pengabdian seluruh umat Kristen di dunia adalah iman, kasih dan pengharapan kepada TUHAN Yesus. TUHAN Yesus datang ke bumi dengan cara mengambil rupa seorang hamba, TUHAN Yesus telah membuat pernyataan dalam 

Matius 20:28

"sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."


Orang Kristen punya kewajiban untuk mengikuti teladan hidup Yesus yang adalah guru sejati untuk saling melayani satu sama lain. Perwujudan iman kristiani adalah pelayanan. Dengan dasar inilah maka iman orang Kristen tidak akan dijadikan alasan untuk merasa diri lebih baik dari pada orang lain. Iman Kristen yang kita miliki tentu saja merupakan kasih karunia atau anugerah dari TUHAN, yang tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur kebanggaan pada diri sendiri.

Bagaimanakah seorang hamba TUHAN dapat menjadi seorang yang lebih baik sehingga melalui teladannya yang baik ia dapat mempengaruhi orang lain? Untuk menjadi seorang yang lebih baik maka ia juga harus bisa menginvestasikan waktu, biaya dan tenaganya untuk mau belajar pada orang lain yang lebih baik dari dia, maka dengan sendirinya ia akan menjadi seorang hamba TUHAN yang lebih baik. 
Itu bisa kita lakukan dengan mengikuti sekolah teologi, bisa juga dengan sering mengikuti seminar kerohanian atau seminar pengembangan diri, atau bisa juga dengan mengikuti jadwal Kebaktian Kebangunan Rohani, dan masih banyak cara lain untuk membekali diri agar semakin mantap mengambil keputusan untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada TUHAN. 

Hidup yang lebih baik haruslah melalui suatu proses, yaitu yang mencakup usaha untuk mengenal diri, mengenal Allah dan mengenal orang lain.” 


Sampai dimanakah saudara mengenal diri saudara sendiri? Sampai berapa jauhkah saudara mengenal diri saudara? Dapatkah saudara menilik diri saudara secara obyektif? Sudahkah saudara belajar menetapkan satu patokan sebagai dasar untuk menilai sifat-sifat dan kemampuan-kemampuan saudara sendiri untuk mengetahui kekurangan atau kelebihan saudara? Sudahkah saudara belajar “mengenal diri sendiri” tanpa menjadi orang yang selalu memusatkan pikiran kepada diri sendiri?

Roh Kuduslah yang menyatakan kebenaran dalam hal apapun di dalam diri kita. Yohanes berkata tentang Yesus, bahwa “ ... tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia” (Yohanes 2:25). Bila penilaian diri itu dilakukan dengan disertai doa dan penyelidikan Firman Allah, maka Roh Kudus dapat membeberkan hal-hal dan sikap-sikap yang benar dan yang salah. Melalui pertobatan, kuasa Darah Kristus yang mengampuni tersedia untuk menyembuhkan dan menguatkan bathin kita. 

Adakalanya, seorang hamba TUHAN gagal untuk memancarkan kasih oleh karena ia menaruh kebencian dalam hatinya, ia gagal memancarkan kesabaran, sebab ia mempunyai jiwa yang tidak bertoleransi, atau ia gagal untuk menunjukkan sikap yang menerima orang lain apa adanya, karena ia sendiri tidak sanggup mengampuni. Penilaian diri yang diikuti oleh perbaikan diri menjadi sesuatu yang penting sekali dalam menunaikan tugasnya dalam pengabdian dirinya kepada TUHAN. 


Keagungan Allah. 



Seorang hamba TUHAN itu harus mengalihkan pandangan dari dirinya agar dapat memandang kekayaan persediaan Allah di dalam Yesus Kristus. Oleh karena itu dapatlah Paulus berkata, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13). 


Hamba TUHAN yang mengabdikan diri pada tugasnya haruslah berdiri di tengah-tengah dunia yang gelap sambil memberitakan kebenaran-kebenaran Allah yang memimpin manusia keluar dari jalan yang gelap dan berlaku - liku agar dapat masuk ke dalam terang abadi. Jadilah pendamai, orang yang dapat berbagi kekuatan bathin yang dapat mengubah, menuntun serta memperkenalkan tentang kasih dan anugerah Allah kepada orang-orang yang terhilang. Dengan memiliki penglihatan tentang kebesaran Allah dan kesadaran tentang kodrat Allah, maka hamba TUHAN itu membuka sumber kekuatan Ilahi kepada manusia, yang akan mengangkat manusia dari keadaan putus asa kepada pengharapan, dari sakit menjadi sembuh dan dari kematian kepada kehidupan kekal. 


Kehidupan yang diabdikan kepada orang lain bisa dimulai dari proses beralih dari diri sendiri kepada Allah dan kemudian kepada orang lain. Telah dikatakan, apabila orang percaya ingin melayani Allah, maka hendaklah ia melayani sesamanya. Sesungguhnya perkataan ini benar. Yesus berkata, “Barang siapa menerima kamu, ia menerima Aku dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku” (Matius 10:40). Berulang kali hubungan segi tiga ini nampak dalam Alkitab. Artinya bahwa Allah telah berlaku dengan penuh kasih terhadap kita, karena itu kita harus berlaku dengan penuh kasih terhadap sesama kita, dan kemudian reaksi kasih dari sesama kita akan naik kepada Allah. 


Semua hamba TUHAN diberikan kesempatan yang luar biasa untuk mengambil bagian dalam aliran kasih yang berbentuk segi tiga ini. Ia melihat hubungannya itu secara horizontal atau mendatar, yaitu dengan sesamanya manusia atau secara vertikal atau naik dari bawah ke atas dengan Allah, kehidupannya adalah saluran bagi pelaksanaan pekerjaan Allah. Amin.

Labels: